Kategori
Politik

Perkuat Ideologi Pancasila, BPIP Dapat Tambahan Dana Rp150 M

IDTODAY NEWS – Pemerintah mengalokasikan anggaran yang cukup besar bagi penguatan ideologi pancasila. Tahun depan, ia memberikan dana sebesar Rp 343,9 miliar melalui Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Adapun anggaran untuk penguatan ideologi pancasila pertama kali ditetapkan sebesar Rp 193,9 miliar dalam RAPBN 2022. Namun, sejalan dengan pembahasan di DPR RI, anggaran ditambah sebanyak Rp 150 miliar.

“Tambahan anggaran untuk BPIP Rp 150 miliar. (Anggaran) BPIP ini untuk penguatan ideologi Pancasila,” ujar Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Isa Rachmatarwata kepada CNBC Indonesia, rabu (15/9/2021).

Dalam RAPBN 2022, anggaran BPIP sebanyak Rp 193,9 miliar ini diberikan hampir setengahnya untuk belanja pegawai. Dimana untuk belanja pegawai sebesar Rp 82,3 miliar dan Rp 4,5 miliar untuk belanja modal.

Kemudian untuk belanja barang sebesar Rp 107 miliar. Lalu tambahan Rp 150 miliar untuk penguatan ideologi dan mental pancasila.

Pada tahun 2022, BPIP juga dikatakan akan melanjutkan pelaksanaan tugas dan fungsinya pada Pembinaan Ideologi Pancasila yang digunakan untuk menyukseskan 3 janji Presiden yaitu:

1) Mengoptimalkan peran dan fungsi BPIP;

2) Menerapkan standarisasi materi dan metode pembelajaran Pancasila;

3) Mengevaluasi dan membaharui peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.

Sumber: cnbcindonesia

Kategori
Politik

Wakil Ketua MPR Sebut Ungkapan Pancasila Banyak Diserap dari Bahasa Arab

IDTODAY NEWS – Wakil Ketua MPR RI M Hidayat Nur Wahid menentang keras pernyataan mantan Menteri Agama Fahrurazi yang menyebut Bahasa Arab sebagai cara penyebaran radikalisme.

Dia mengingatkan ungkapan serapan dalam Pancasila sering diserap dari Bahasa Arab. Dengan begitu, dia menegaskan bahwa Bahasa Arab tidak terkait dengan radikalisme maupun terorisme.

“Apa mungkin Indonesia yang memerangi terorisme dan radikalisme akan mengajari anak-anak sekolah dan warga umumnya untuk menghafalkan dan mengamalkan Pancasila?” ujar HNW sapaan akrab Hidayat Nur Wahid dalam siaran persnya, Jumat (10/9).

Dia pun menilai Pancasila banyak memakai kosakata dalam Bahasa Arab. Sementara Pancasila tetap menjadi dasar dan ideologi negara Republik Indonesia.

“Bukankah dalam Pancasila kata ‘Adil’ tetap ada dalam sila kedua dan kelima. Lalu kata ‘rakyat’ ada di sila keempat dan kelima, adab di sila kedua, serta hikmat, musyawarah, dan wakil di sila keempat. Padahal semua itu serapan dari bahasa Arab? katanya.

Menurut HNW, terorisme dan radikalisme pasti bertentangan dengan demokrasi yang simbolnya ada di Parlemen.

Sementara Parlemen di Indonesia yaitu MPR, DPR dan DPD, masih tetap mempergunakan istilah dasar semuanya serapa dari bahasa Arab. Yaitu, Majelis, Musyawarat, Dewan, Wakil, Rakyat, serta Daerah.

“Bukankah itu semua berasal dari bahasa Arab?” tegasnya.

Lebih lanjut, HNW mengatakan tuduhan dan framing tendensius tersebut patut ditolak dan dikritisi.

Selain tidak sesuai dengan fakta, tetapi juga karena framing negatif itu mendowngrade nilai-nilai dalam Pancasila dan kehidupan berdemokrasi dengan simbol Parlemennya.

“Jadi, apabila ada pernyataan memperbanyak Bahasa Arab disebut sebagai salah satu ciri penyebaran terorisme, disadari atau tidak itu bisa jadi bentuk ‘teror’ terhadap Pancasila dan Parlemen Indonesia yang banyak ungkapannya diserap dari Bahasa Arab,” tuturnya.

HNW menegaskan bangsa Indonesia menolak radikalisme dan terorisme.

Namun, lanjut dia, hendaknya dilakukan dengan berbasiskan kebenaran, bukan framing apalagi Islamophobia.

Menurut dia perlu kritiki apabila penyebaran terorisme dikaitkan dengan penyebaran Bahasa Arab.

“Apakah OPM yang menteror kedaulatan NKRI di Papua itu berbahasa Arab? Atau Belanda/VOC yg menteror dan menjajah Indonesia ber-abad-abad itu juga berbahasa Arab?” kata dia.

Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) iti menambahkan banyak orang Arab non Muslim yang mempergunakan bahasa Arab.

Namun secara prinsip Bahasa Arab lebih dikenal sebagai bahasa AlQuran, kitab sucinya Umat Islam, dan bahasa Hadis-hadisnya RasuluLlah SAW.

HNW menyebut bahasa Arab juga digunakan di kegiatan-kegiatan bisnis internasional, sehingga banyak pebisnis dari mancanegara berusaha belajar bahasa Arab.

“Itu karena sekarang banyak negara Arab sebagai pemain utama dalam ekonomi global, sehingga banyak pebisnis bahkan mempelajari bahasa Arab,” pungkas HNW.

Sumber: jpnn.com

Kategori
Politik

Prof Jimly: Pancasila Merupakan Dokumen Tertinggi, Tidak Boleh Dikhianati

IDTODAY NEWS – Pancasila itu punya sejarah. Ujung dari sejarah itu 18 Agustus. Ketika UUD 1945 beserta pembukaannya yang diistilahkan mukaddimah, akhirnya diganti oleh PPKI tanggal 18 menjadi pembukaan UUD beserta batang tubuhnya disahkan tanggal 18 Agustus 1945.

Begitu yang dikatakan Prof. Jimly Asshiddiqie dalam acara diskusi virtual Pancasila 18 Agustus 1945, Minggu malam (22/8).

“Maka, seluruh dokumen mulai dari pembukaan sampai aturan penutup, aturan tambahan semuanya adalah dokumen konstitusi kesepakatan. Dokumen tetinggi, kesepakatan tertinggi, yang tidak boleh dikhianati,” ucap Jimly.

Jimly menambahkan bahwa ada penafsiran yang berbeda-beda tentang Pancasila merupakan hal yang lumrah. Namun, isi teks dari Pancasila itu sendiri baik di dalam pembukaan UUD 1945 tidak boleh diubah.

“Tetapi akhirnya teks yang kita jadikan kesepakatan ya tidak boleh diubah-ubah. Titik koma pun tidak boleh,” imbuhnya.

Dia menceritakan pengalamannya dalam membedah Pancasila dengan mahasiswa terkait pasal 34 mengenai fakir miskin dan anak terlantar diperlihara negara, dengan menyinggung subjek dari kalimat dalam pembukaan UUD 1945 tersebut. Hal ini dilakukan untuk menyampaikan kepada mahasiswa agar titik dan koma dalam pembukaan UUD 1945 dan Pancasila tidak boleh diubah.

“Nah, jadi itu gara-gara titik koma. Jadi, titik komanya pun tidak boleh diubah, karena bisa kita tafsirkan dulu belum ada EYD. Nah jadi tidak boleh diubah titik komanya mestinya huruf besar huruf kecilpun mestinya huruf ejaan lam ejaan baru pun harusnya tidak boleh diubah. Tapi oleh perubahan satu dua tiga dan empat terakhir, semua sudah disesuaikan dengan ejaan baru. Sehingga tidak ada lagi Oendang Oendang enggak boleh lagi, kan begitu misalnya kan,” katanya.

Dia menambahkan pegangan saat ini sebagai kesepakatan tettinggi berbangsa dan bernegara adalah lahirnya konstitusi pada tanggal 18 Agustus. Oleh karena itu, Jimly mengatakan ketika muncul usul di jamannya SBY periode pertama dan ketua MPRnya Taufik Kiemas, ada ide untuk mengembalikan sejarah ide untuk 1 Juni tu sudah mulai muncul tapi komprominya adalah yang ditetapkan sebagai hari konstitusi adalah 18 Agustus.

“Gitu lho. Namanya hari konstitusi, gitu. Nah, kenapa? Karena tanggal 18 Agustus itulah sehari setelah proklamasi 17 Agustus metupakan hari kesepakatan tertinggi,” katanya,

Yang telah diputuskan oleh PPKI, kata Jimly, yang diketuai oleh Bung Karno, Bung Hatta sebagai wakil ketua dan memiliki latar belakang sejarah yang panjang.

“Jadi kalau kita mau memahami teks Pancasila, dan UUD 1945 ya baca apa yang diputuskan 18 Agustus. Nah, tidak boleh lagi berubah-ubah, dan Pancasila yang mana? Yang dirumuskan di alinea ke-4 UUD. Di situ sudah jelas di situ. Misalnya, sila pertama tadinya ada tujuh kata yaitu dicoret lalu menurut kemanusiaan, berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, akhirnya dicoret juga jadi koma saja. Jadi bukanlah ketuhanan berdasarkan kemanusiaan, atau ketuhanan menurut kemanusiaannya adil dan ebradab. Tapi itu dua hal yang terpisah dicoret lagi kata itu,” beberanya.

“Jadi itu keputusan terakhir 18 Agustus itu. Nah, jadi rumusan Pancasila apa yang tertera di alinea ke-4 sebagaimana diputuskan itu. Jangan diubah-ubah lagi, jangan diperas jadi tiga, diperas jadi satu,” tandasnya.

Sumber: rmol.id

Kategori
Politik

Kritik Ketua MUI ke BPIP: Kesannya Cari Musuh dan Mementahkan Keteguhan Pancasila

IDTODAY NEWS – Baru-baru ini Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis bersuara soal lomba penulisan artikel yang diselenggarakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam memperingati Hari Santri Nasional 2021.

Diketahui, lomba itu mengangkat tema “Hormat Bendera Menurut Hukum Islam dan Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam”.

Cholil Nafis sebut BPIP hilang arah bila dinilai dari tema yang diangkat lembaga negara tersebut.

Cholil Nafis bahkan beranggapan lomba itu digelar kesannya cari musuh dan mementahkan keteguhan Pancasila.

“Tema tentang hukum mencium bendera sebagai tema lomba dari lembaga negara menunjukan kehilangan arahnya,” katanya melalui akun Twitter Cholilnafis pada Sabtu, 14 Agustus 2021.

Karena itu, Cholil Nafis menilai BPIP tak paham tema nasionalisme yang meneguhkan cinta tanah air daripada membuat gaduh.

Cholil Nafis menegaskan hukum hormat bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan itu sebenarnya sangat jelas.

“Hukumnya clear dan jelas. Kenapa ko’ malah kesannya cari musuh dan mementahkan keteguhan pancasila,” tandasnya.

Ditelusuri Terkini.id-Jaringan Suara.com, pernyataan Cholil mengundang banyak komentar netizen yang juga turut mengkritik BPIP.

“Gaji besar tapi statemennya kadang ngawur, sebelumnya ada ketua BPIP yang menyebut Agama jadi musuh terbesar pancasila. Sebaiknya BPIP di bubarkan untuk menghemat anggaran,” kata D2balitour.

“Kalau judulnya makan gaji buta tanpa kerja ala BPIP,” kata Petanitulen2.

“Bubarkan saja BPIP itu, digaji puluhan juta lebih tapi tak ada hasil dari kerja mereka. Hei mput Mahfud MD apa yang sudah kau kerjakan,” kata IskandarMudaS12.

“Di gaji begitu besarnya, tapi sama sekali nggak ada kontribusinya, sekalinya muncul cuma bikin sensasi yang nggak ada faedahnya sama sekali, udah mending diem aja, sambil nunggu datangnya transfer gaji,” kata Iyusdj2.

Sumber: suara.com

Kategori
Politik

Menuduh Din Syamsuddin Anti Pancasila dan Anti NKRI Jelas Mengada-ada

IDTODAY NEWS – Melaporkan Din Syamsuddin radikal adalah absurd dan tidak masuk akal. Prof Din Syamsuddin selaku Dosen UIN Syarif Hidayatulloh dilaporkan karena dugaan pelanggaran kode etik Aparatur Sipil Negara (ASN) atas tuduhan radikalisme. Laporan tersebut saat ini ditangani oleh Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN).

Demikian tanggapan yang disampaikan oleh Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Azyumardi Azra atas kelompok yang melaporkan Din Syamsuddin ke Komisi Aparat Sipil Negara (KASN) sebagai radikal.

Melihat sumbangsih Din terhadap Indonesia dan Muhammadiyah, menurutnya tidak masuk akal jika mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dua periode tersebut sebagai radikal.

“Anti-Pancasila dan anti-NKRI jelas mengada-ada. Prof Din adalah salah satu guru besar terkemuka UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dia memberikan banyak kontribusi bukan hanya pada UIN Jakarta, tapi juga Muhammadiyah dan negara-bangsa Indonesia dengan mensosialisasikan pentingnya dialog dan perdamaian untuk membangun peradaban dunia yang lebih adil,” jelas Azyumardi Azra, Minggu (14/2/2021).

Ia melanjutkan, Prof Din juga sebagai Utusan Khusus Presiden (Jokowi) untuk Dialog dan Kerjasama antar-Peradaban dan dirinya melaksanakan Konsultasi Tingkat Tinggi (2019) di Bogor untuk konsolidasi dan penyebaran Wasathiyah Islam.

Dengan Wasathiyah Islam yang menjadi karakter Islam Indonesia ke dunia global, Islam dapat terwujud sebagai rahmatan lil ‘alamin—Islam yang damai yang kontributif untuk kemajuan peradaban.

Baca Jug: Din Syamsuddin Dituding Radilal, Suparji Ahmad: Itu Tuduhan yang Sangat Serius

Sumber: fajar.co.id

Kategori
Politik

PDIP Puji NU Istikamah Menjadi Benteng Penjaga Pancasila dan NKRI

IDTODAY NEWS – PDI Perjuangan (PDIP) menyatakan Nahdatul Ulama (NU) adalah benteng penjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang tak perlu diragukan.

Ketua DPP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) yang merupakan organisasi sayap PDIP, Zuhairi Misrawi mengatakan, NU akan memperingati hari lahir yang ke 95 pada Minggu, 31 Januari 2021, besok. Momen ini adalah hal penting bagi NU sendiri dan Indonesia. “Karena 95 tahun lalu, NU lahir dan hadir di bumi Nusantara. Jasa besar ormas terbesar itu dalam melahirkan, menjaga, dan membangun Indonesia diakui dan tidak diragukan lagi. Dalam usinya ke-95, NU membuktikan eksistensinya sebagai ormas Islam terdepan dalam menjaga Pancasila dan NKRI,” kata Gus Mis, sapaan akrabnya, Sabtu (30/1/2021).

Menurut pria yang dikenal juga sebagai cendekiawan NU itu, Proklamator RI Bung Karno sangat mengapresiasi peran NU bersama-sama dengan berbagai elemen bangsa lainnya. Khususnya dengan kaum nasionalis dalam membentengi NKRI dari berbagai infiltrasi dan tantangan yang tidak mudah pada zamannya. Baca juga: Harlah ke-95, NU Diharapkan Satukan Umat Menghadapi Covid-19

“NU kokoh menjadi benteng NKRI dari rongrongan penjajah. Sebagai kader NU dan kader PDI Perjuangan, saya bangga NU istikamah menjadi benteng NKRI dari berbagai infiltrasi ideologi transnasional-ekstremis, serta kokoh memperjuangkan aspirasi wong cilik. Pada titik ini, NU dan PDI Perjuangan dapat bertemu dalam satu nafas perjuangan,” tegas pria lulusan Al Azhar Mesir tersebut.

Atas hal itu pula, Gus Mis mengatakan dalam harlah ke-95 NU ini, dirinya mengapresiasi inisiatif PDIP dalam memperingati Harlah NU ke-95 secara virtual dengan tema ‘Rumah Nusantara’. “Sehingga sumbangsih dan peran NU dalam menjaga Pancasila dan NKRI dapat menginspirasi kita semua, sehingga persaudaraan kebangsaan atau ukhuwah wathaniyyah semakin kokoh,” pungkas Gus Mis.

Untuk diketahui, Ketua Umum Bamusi Hamka Haq sebelumnya menyatakan, pada 31 Januari 2021, PDIP akan menggelar perayaan khusus memperingati hari lahir (Harlah) NU ke-95 sebagai wujud solidaritas sesama Wong Cilik. Peringatan Harlah akan digelar PDIP secara virtual mengambil tema ‘Rumah Nusantara’. “Karena kami memandang NU betul-betul telah menjadi rumah yang melindungi dan menaungi keragaman negeri ini. NU dikenal belakangan dengan Islam Nusantara sebagai bukti komitmen NU dalam menjaga NKRI. Peringatan Harlah NU ke-95 ini adalah juga wujud solidaritas dari PDI Perjuangan untuk NU sebagai sesama Wong Cilik,” tambah Hamka.

Baca Juga: Ini 3 Kontroversi Abu Janda Hingga Dilaporkan ke Polisi

Sumber: sindonews.com

Kategori
Politik

Penghina Natalius Pigai: Semua Tahanan Politik Harus Dibebaskan Dengan Landasan NKRI Dan Pancasila

IDTODAY NEWS – Setelah mendekam di ruang tahanan Mabes Polri, Ketua Umum DPP Pro Jokowi-Amin (Projamin) Ambroncius Nababan menyadari bahwa selama ini ada yang salah dalam penanganan kritik yang disampaikan kalangan oposan.

Dalam sepucuk surat yang ditulis Ambroncius dan diterima redaksi dari utusan khususnya, Kamis siang (28/1), Ambroncius mengatakan, seharusnya negara hadir dengan merangkul dan mendengar aspirasi semua anak bangsa.

“Walaupun aspirasi tersebut berbeda dan tidak sejalan dengan aspirasi pemerintah, tulisnya dalam surat empat lembar itu.

Aspirasi politik yang berbeda, sambungnya, belum tentu tidak baik dan tidak dapat menyatu dengan aspirasi politik negara.

“Dalam hal ini perlu dicarikan solusi dan jalan keluar dengan melakukan mediasi secara kekeluargaan dengan menempuh jalan musyawarah, sehingga para pihak yang dianggap selama ini berseberangan dengan pemerintah dapat duduk bersama untuk mencari solusi dengan jalan perdamaian,” urai Ambroncius lagi.

Ambroncius mendekam di ruang tahanan Mabes Polri setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus pernyataan rasialisme terhadap mantan Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai.

Di dalam rutan Mabes Polri ia bertemu dengan sejumlah tahanan politik, seperti Syahganda Nainggolan dan Jumhur Hidayat.

“Seluruh tahanan politik yang sedang menjalani proses hukum di Indonesia dapat dibebaskan dengan sebuah landasan bahwa walau berbeda politik tetapi kita tetap bersatu dalam bingkai NKRI dan Pancasila, dan sama-sama memberikan buah pikiran untuk memajukan Indonesia di semua lini (sosial, budaya, politik, ekonomi),” masih tulisnya.

Baca Juga: Pimpin BAKN DPR, Wahyu Sanjaya Siap Perkuat Komunikasi Dengan BPK

Sumber: rmol.id