Kategori
Kesehatan

Kemenkes Akui Imun Sinovac Turun 6 Bulan: Tapi Warga Biasa Belum Perlu Booster

IDTODAY NEWS – Hingga saat ini, Sinovac adalah vaksin corona yang paling banyak dipakai di Indonesia. Namun, imunogenisitas (hasil kadar imun) vaksin Sinovac disebut turun 6 bulan usai seseorang disuntik penuh dan efikasinya baru mencapai 65%.

Hal ini merupakan riset yang dilakukan di dua negara. Yakni China dan Indonesia.

Menanggapi hal ini, Jubir Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi mengakui fakta tersebut, Tetapi ia memastikan vaksin Sinovac masif efektif untuk memerangi virus corona.

“Penurunan [imunogenisitas] terjadi, tapi masih efektif sampai saat ini,” kata Nadia kepada kumparan, Rabu (28/7).

Sementara itu, saat ini booster vaksin sudah mulai diberikan kepada tenaga kesehatan menggunakan vaksin Moderna. Sebagai sasaran vaksinasi nasional tahap pertama, mayoritas nakes sebelumnya telah divaksin Sinovac dosis penuh sejak Januari.

Booster vaksin bertujuan untuk memberikan perlindungan ekstra bagi mereka yang tengah berjuang di garda depan menangani lonjakan pasien COVID-19. Terlebih apabila mengingat imunogenisitas vaksin Sinovac turun setelah 6 bulan.

Kendati demikian, Nadia memastikan hingga saat ini belum ada rencana untuk memberikan booster vaksin corona kepada masyarakat umum. Ia menegaskan pencapaian target vaksinasi dosis pertama dan kedua bagi 208 juta penduduk RI masih menjadi prioritas utama.

“Kepada umum sampai saat ini tidak kita berikan, ya. WHO sendiri tetap merekomendasikan untuk percepatan vaksinasi yang mendapatkan dosis 1 dan 2 di tengah keterbatasan vaksin, dibandingkan pemberian vaksin ke 3,” jelas Nadia.

“Karena semakin banyak orang yang telah mendapatkan vaksin lengkap dua dosis maka laju penularan dan pandemi dapat dikendalikan,” tandas dia.

Sebelumnya, penurunan imunogenisitas vaksin Sinovac diungkap oleh Guru Besar FK Universitas Padjadjaran Prof Kusnandi Rusmil. Oleh sebab itu, kata Prof Kusnandi, penyuntikan ulang atau suntikan ketiga nantinya dianjurkan untuk dilakukan terhadap para penerima vaksin ini.

“Sinovac setelah 6 bulan itu turun, sehingga memang rencananya setelah 6 bulan harus disuntik ulang,” kata Prof Kusnandi kepada kumparan, Jumat (16/7/2021).

Sumber: kumparan.com

Kategori
Politik

Soal Harga Sinovac, Gde Siriana: Sri Mulyani Tahu Enggak Siapa Dagang Vaksin?

IDTODAY NEWS – Pemilihan pemerintah untuk lebih banyak mendatangkan vaksin Sinovac dibanding dari produsen lainnya sudah menjadi hal yang dipertanyakan publik sejak awal kedatangan vaksin tersebut ke tanah air.

Tak hanya soal efikasi yang lebih rendah, soal harga pun jadi pertanyaan besar publik kenapa pemerintah ngotot lebih banyak mendatangkan Sinovac untuk menjalankan program vaksinasi.

Inilah yang jadi sorotan tajam Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies, Gde Siriana Yusuf.

Dipaparkan Gde Siriana, Menkeu Sri Mulyani Indrawati (SMI) telah mengeluarkan anggaran Rp 633,8 miliar untuk 3 juta dosis vaksin Sinovac yang tiba pada akhir 2020 lalu.

Artinya, harga per 1 dosis vaksin Sinovac adalah Rp 211.267, rinci Gde Siriana.

Padahal, lanjutnya, harga vaksin AstraZeneca jauh lebih murah dari Sinovac. Yakni sebesar 3-4 dolar AS atau setara Rp 43.222 hingga Rp 57.620 saja per dosisnya (kurs Rp 14.479 per dolar AS).

Sedangkan dari 10 tahap kedatangan vaksin yang dibeli Indonesia, 6 tahap adalah pengiriman Sinovac. Totalnya mencapai 23 juta dosis vaksin jadi, 47 juta dosis bentuk bahan baku (bulk), dan 1,5 juta dosis bentuk setengah jadi.

Putusan ini memang memicu banyak pertanyaan. Karena dari sisi efikasi, vaksin AstraZeneca jelas lebih tinggi dari Sinovac, dan masuk rekomendasi WHO.

“Kalau kita hitung selisih harga (Rp 211 ribu-Rp 50 ribu) dan jumlah vaksin jadi 3 juta dosis, maka nilainya lebih dari Rp 480 miliar. Belum lagi harga Sinovac yang berbentuk Bulk dan setengah jadi,” sebut Gde Siriana kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (26/7).

Nah, jika harga lebih murah dan efikasi lebih tinggi, kata Gde Siriana, kenapa mesti beli Sinovac banyak-banyak?

“Saya enggak tahu apakah menurut SMI ini sebagai pemborosan? Padahal SMI bisa cek di bea cukai Turki dan Brasil, berapa harga Sinovac masuk ke sana,” jelasnya.

“Atau SMI tahu siapa yang sedang dagang vaksin?” tandas Gde Siriana.

Sumber: rmol.id

Kategori
Politik

China Dikabarkan Tinggalkan Vaksin Buatannya, Politisi PKS Minta Evaluasi Efektivitas Sinovac: Pemerintah Harus Jujur!

IDTODAY NEWS – Politisi PKS yang merupakan anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, menanggapi kabar China yang meninggalkan vaksin buatannya sendiri, yaitu Sinovac.

Ia dengan tegas meminta Pemerintah untuk lekas mengevaluasi secara serius terkait efektivitas vaksin Sinovac.

“Pemerintah harus jujur melakukan evaluasi ini. Semua harus diungkap apa adanya,” ujar Mulyanto pada Kamis kemarin, dikutip terkini.id dari Poskota pada Jumat, 23 Juli 2021.

Menurut Mulyanto, jangan sampai dana ratusan triliun yang digelontorkan justru sia-sia dan tak dapat menekan penyebaran Covid-19.

“Jangan sampai uang yang ratusan triliun untuk vaksinasi tidak berdampak terhadap upaya penanggulangan Covid-19 di Tanah Air.”

Menurutnya, Pemerintah tidak boleh ragu untuk mengganti vaksin Sinovac dengan merek lain apabila memang terbukti tidak efektif.

“Kan masih ada jenis vaksin yang lebih tinggi efektivitasnya. Jadi, wajar kalau kita minta Pemerintah mengganti vaksin Sinovac ini dengan jenis vaksin yang efikasinya lebih tinggi,” tandas Mulyanto.

Sebagai informasi, sebelumnya memang beredar kabar soal China yang meninggalkan Sinovac dan justru beralih ke vaksin buatan Amerika.

Adapun menurut keterangan yang beredar, kemungkinan besar penyebab China dikabarkan beralih dari Sinovac, yaitu karena vaksin yang lain sudah menggunakan teknologi mRNA.

Di sisi lain, turut diketahui bahwa kini Malaysia dan Thailand juga akan menghentikan penggunaan Sinovac bila persediaan sudah habis.

Sumber: terkini.id

Kategori
Politik

Delapan Juta Vaksin Sinovac Datang lagi, Gus Yaqut Ajak Elemen Bangsa Sukseskan Vaksinasi

IDTODAY NEWS – Sebanyak delapan juta dosis vaksin Sinovac hari ini kembali tiba di Tanah Air. Ini merupakan kedatangan tahap ke-29.

Ikut menyambut kedatangan vaksin secara virtual, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengajak seluruh elemen bangsa untuk menyukseskan program vaksinasi yang sudah digulirkan Pemerintah sejak awal 2021.

Kata Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, gencarnya vaksinasi bertujuan untuk terbentuknya herd immunity atau kekebalan komunal.

“Program vaksinasi masyarakat merupakan bagian penting menuju herd immunity. Sejak awal 2021, program vaksinasi telah kita lakukan guna melindungi masyarakat dari dampak buruk Covid-19,” terang Gus Yaqut di Jakarta, Kamis (22/7).

Menurut Menag, program vaksinasi tidak akan dapat berjalan dengan maksimal tanpa dukungan masyarakat luas.

Ia mengajak seluruh tokoh agama, pimpinan ormas keagamaan dan lemabaga keagamaan untuk bersama mensukseskan vaksinasi.

“Seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama menyukseskan program vaksinasi dengan proaktif mendatangi pusat-pusat vaksinasi dan membantu memberikan pencerahan kepada masyarakat,” ajak Menag.

Program vaksinasi, kata Menag, merupakan penjabaran dari ajaran agama.

Ia menjelaskan bahwa setiap umat beragama wajib menjaga keberlangsungan hidup sebagai karunia Tuhan yang sangat besar.

Menjaga kehidupan, tambah Yaqut merupakan langkah yang teramat mulia agar kita dapat mengagungkan Tuhan lebih lama sepanjang kita hidup di dunia.

“Sehingga program vaksinasi yang digalakkan pemerintah sejalan dengan spirit kita dalam beragama untuk menjaga keberlanjutan kehidupan,” terangnya.

Pemerintah sendiri telah menargetkan program vaksinasi sebanyak dua juta orang sehari di bulan Agustus.

Meski program vaksinasi berjalan, ia mengimbau masyarakat harus tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

“Kita tidak boleh lengah dan abai sedikit pun terhadap aturan pemerintah, karena semua ini bertujuan menjaga keselamatan bersama dari bahaya Covid-19,” pesan Gus Yaqut, sapaan akrabnya.

“Pastikan setiap kita peduli terhadap lingkungan dengan saling mengingatkan pentingnya menjaga protokol kesehatan,” lanjutnya.

Menag juga mengajak masyarakat untuk menyukseskan pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 dan Level 3.

Kebijakan ini, kata pria yang beken disapa Gus Menteri ini, adalah ilihan untuk menyempurnakan ikhtiar mengurangi tingkat penularan virus.

“Pilihan yang teramat sulit ini, percayalah, semuanya demi menyelamatkan masyarakat yang lebih luas,” tandasnya.

Sumber: rmol.id

Kategori
Politik

Putra Mbah Moen, Gus Najih: Indonesia Mau Dibantai oleh China Lewat Vaksin!

IDTODAY NEWS – Baru-baru ini, potongan video pendakwah, KH Muhammad Najih Maimoen menuding Pemerintah Republik Indonesia telah dikuasai China dan hendak membantai rakyat Indonesia lewat vaksin Covid-19, viral di media sosial.

Anak Mbah Maoemun Zubair, ulama kharismatik asal Sarang itu, menuding pemerintah dikuasai China tersebut viral usai diunggah pengguna Twitter @BoWozZ, seperti dilihat, Selasa 13 Juli 2021. Dilihat dari video itu, tampak KH Najih Maimoen mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia telah mendukung pembantaian massal.

Menurut Najih, hal itu lantaran Pemerintah RI saat ini sudah dikuasai dan dijajah oleh pihak asing yakni China. China, kata Najih, memang berniat ingin menguasai Indonesia. Tak hanya itu, negeri Tiongkok tersebut menurutnya juga hendak menggantikan orang pribumi di Tanah Air dengan warga mereka.

“Tadi sudah ada video, (Pemerintah) Indonesia mendukung pembantaian massal. Ini berarti Indonesia dijajah China. Memang China kepengen menguasai Indonesia, ingin menggantikan orang pribumi diganti dengan mereka,” ungkap Najih Maimoen.

KH Najih Maimoen pun dengan blak-blakan menyebut bahwa China yang telah menguasai Pemerintah RI hendak membantai rakyat Indonesia namun tidak lewat jalur perang, melainkan vaksin Covid-19.

“Mau Dibantai kita. Tidak lewat perang tapi lewat vaksin,” ujarnya.

Sumber: law-justice.com

Kategori
Kesehatan

Media Asing: Lonjakan Kasus Covid-19 Di Indonesia Bukti Kegagalan Vaksin Sinovac

IDTODAY NEWS – Keraguan dunia terhadap vaksin Covid-19 buatan perusahaan China, Sinovac, semakin tinggi ketika Indonesia mengalami lonjakan infeksi secara signifikan. Lantaran peningkatan kasus dan kematian bukan hanya terjadi pada mereka yang belum divaksinasi, namun juga sebaliknya.

Sejak memulai program vaksinasi, Indonesia telah menggunakan Sinovac sebagai vaksin utama. Data pemerintah per 9 Juli 2021, Indonesia telah menerima 119.735.200 dosis vaksin Covid-19. Sebanyak 108,5 juta di antaranya vaksin Sinovac.

Sementara sekitar 8,2 juta dosis adalah vaksin AstraZeneca dari fasilitas COVAX, 1,5 juta dosis vaksin Sinopharm, 998 ribu dosis vaksin AstraZeneca dari Jepang, dan 500 ribu dosis vaksin Sinopharm dari Uni Emirat Arab (UEA).

Data Satgas Penanganan Covid-19 per 10 Juli 2021 menunjukkan, sebanyak 36.193.076 orang telah divaksinasi dengan dosis pertama, dan 14.969.330 orang telah divaksinasi penuh.

Di antara mereka yang telah divaksin secara penuh adalah tenaga medis yang masuk kelompok prioritas. Tetapi hampir seluruh tenaga medis sudah divaksinasi, ratusan dari mereka terpapar Covid-19 dan puluhan di antaranya meninggal dunia.

Hal itu disoroti oleh sejumlah media asing, termasuk WION TV dari India. Dari siarannya pada 28 Juni 2021, WION menyimpulkan, banyaknya kematian di antara tenaga medis di Indonesia setelah vaksinasi merupakan bukti vaksin Sinovac telah gagal.

“Indonesia telah menandatangani pembelian puluhan juta dosis vaksin Sinovac dengan China pada Agustus 2020. Sepuluh bulan kemudian, vaksin buatan China telah memicu krisis,” ujar penyiar.

Menurut WION TV, sedikitnya 20 dokter di Indonesia telah meninggal dunia, meski mereka sudah divaksinasi penuh dengan Sinovac. Selain itu, masih ada 31 kasus yang masih diinvestigasi.

Dari 90 persen atau 160 ribu tenaga kesehatan yang sudah divaskinasi Sinovac, banyak dari mereka terpapar Covid-19.

Di Kudus, 358 tenaga kesehatan positif Covid-19 dari pertengahan hingga akhir Juni. Pada bulan itu, 300 tenaga kesehatan di Jawa Tengah juga terinfeksi.

“Sistem kesehatan Indonesia hampir kolaps, di tengah pertanyaan mengenai efektivitas vaksin China,” lanjutnya.

Namun menurut WION, Indonesia tidak sendiri. Ada beberapa negara yang “menyesali” keputusan menggunakan vaksin China.

Sejauh ini, China telah mengekspor 729 juta dosis vaksin ke 43 negara, sebanyak 25 juta dosis di antaranya merupakan donasi.

Di Mongolia, 52 persen populasinya telah divaksinasi, mayoritas dengan Sinovac. Namun pada Juni, kasus harian di Mongolia naik dua kali lipat dari bulan sebelumnya, menjadi di atas 2.000.

Situasi serupa terjadi di Seychelles. Negara di timur laut Madagaskar itu telah memvaksinasi 64 persen populasinya. Namun kasus Covid-19 per kapitanya lebih tinggi dari India.

Sementara Bahrain, 60 persen dari vaksin yang digunakan adalah Sinovac. Saat ini publik di Bahrain menuntut agar vaksin tersebut diganti.

Selain memicu pertanyaan mengenai rendahnya efikasi vaksin Sinovac, WION menyebut, situasi ini mengungkap adanya politik dalam infrastruktur kesehatan global.

Sinovac telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 1 Juni, dengan alasan efikasinya memenuhi standar. Tetapi dengan banyaknya negara yang mengandalkan Sinovac namun mengalami lonjakan infeksi, WION merekomendasikan agar penilaian tersebut dievaluasi kembali.

Sumber: rmol.id

Kategori
Peristiwa

Ketua Uji Klinis Vaksin Sinovac Meninggal karena Corona, Erick Thohir Berduka

IDTODAY.CO – Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan duka cita atas meninggalnya Ketua uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac dari Bio Farma sekaligus akademisi dari Universitas Padjajaran (Unpad), dr Novilia Sjafri Bachtiar.

“Innalillahi wainnailaihi roji’un. Hari ini, Rabu (7/7/2021) saya mendapatkan kabar duka dari keluarga besar PT Bio Farma. DR. dr. Novilia Sjafri Bachtiar, M.Kes., Kepala Divisi Surveilans dan Riset Klinis Bio Farma, meninggal dunia,” ujar Erick Thohir seperti dikutip dari akun Instagram @erickthohir di Jakarta, Rabu.

Erick mengatakan bahwa Almarhumah adalah lead scientist dan kepala dari puluhan uji klinik yang dilakukan oleh Bio Farma. Termasuk juga uji klinik vaksin COVID-19 kerjasama dengan Sinovac – yang telah diproduksi dan disuntikan kepada puluhan juta orang di Indonesia, sebagai ikhtiar untuk bisa segera lepas dari pandemi COVID-19 ini.

“Kepergian beliau sungguh kehilangan yang luar biasa besar bagi kami keluarga besar BUMN, dan juga Indonesia. Insya Allah apa yang dilakukan menjadi amal ibadah beliau, dan bisa terus menjadi manfaat bagi Bangsa,” kata Menteri BUMN tersebut.

Sebelumnya Ketua uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac dari Bio Farma sekaligus akademisi dari Universitas Padjajaran (Unpad), dr Novilia Sjafri Bachtiar meninggal dunia karena terinfeksi COVID-19.

Kepala Kantor Komunikasi Publik Unpad Dandi Supriadi mengatakan, dr Novilia Sjafri Bachtiar meninggal pada Rabu dini hari (7/7) di RS Santosa.

Novilia merupakan Kepala Divisi Surveilans dan Riset Klinis di PT Bio Farma (Persero) dan turut berjasa dalam riset uji klinis vaksin Sinovac sejak tahun 2020.

Selain itu, merupakan dosen berstatus luar biasa atau tidak tetap di Fakultas Farmasi Unpad. Untuk itu, Dandi yang mewakili Unpad pun menyampaikan belasungkawa atas wafatnya sosok yang berjasa dalam penanganan pandemi yang terjadi saat ini.

Dandi juga menyampaikan bahwa Novilia merupakan salah seorang putri terbaik lulusan universitas terkemuka di Jawa Barat itu. Menurut Dandi, dr Novilia mengenyam pendidikan tingginya di Fakultas Kedokteran Unpad.

Sumber: suara.com