IDTODAY NEWS – Rencana Menteri BUMN Erick Thohir yang mau menarik pulang Rudiansyah mendapat sorotan Politisi PKS, Mulyanto.

Diketahui Rudiansyah adalah mahasiswa Indonesia yang turut serta mengembangkan vaksin Astra Zeneca.

“Daripada panggil pulang Rudiansyah, mahasiswa yang turut serta mengembangkan vaksin Astra Zeneca, sebaiknya Erick thohir persiapkan anak buahnya di BUMN Bio Farma untuk produksi massal vaksin Merah Putih,” ujarnya di Jakarta, Rabu (28/7/2021).

Mulyanto mengatakan bahwa kendala pengembangan Vaksin Merah Putih ada di pihak BUMN maka akan lebih konkret kalau Menteri BUMN Erick Thohir membereskan BUMN Bio Farma ini.

Mulyanto menyebutkan saat ini riset vaksin Merah Putih, yang salah satunya dimotori LBM (Lembaga Biologi Molekuler) Eijkman, mundur dari jadwal. Semula diperkirakan vaksin ini dapat diproduksi massal pada awal tahun 2022. Namun karena Bio Farma tidak siap, maka produksi massal vaksin ini diperkirakan molor hingga September 2022.

Baca Juga  Jabatan Ketum Demokrat Versi KLB Ilegal Jadi Permulaan Buruknya Reputasi Moeldoko

Belakangan diketahui, bahwa ketidaksiapan BUMN Bio Farma tersebut, karena vaksin Merah Putih yang akan dikembangkan didasarkan pada protein rekombinan mamalia. Sementara fasilitas produksi BUMN Bio Farma hanya siap kalau vaksin yang dikembangkan berbasis pada protein rekombinan ragi (yeast).

Akibatnya terpaksa LBM Eijkman harus banting setir mulai dari nol lagi untuk mengembangkan riset vaksin berbasis ragi.

“Ini soal keseriusan BUMN Kesehatan untuk memproduksi vaksin domestik. Semestinya mereka mendukung produksi Vaksin Merah Putih, jangan hanya cari untung mudah dari vaksin impor.

Kalau memang Menteri BUMN serius terkait pengembangan vaksin anak bangsa, maka ketimbang panggil pulang Rudiansyah, sebaiknya yang jelas di depan mata ini saja segera dibereskan.

Persiapkan berbagai fasilitas uji klinis dan produksi massal vaksin Merah Putih di BUMN Bio Farma, agar vaksin anak bangsa ini dapat dilepas ke masyarakat tepat waktu. Syukur-syukur bisa lebih cepat dari jadwal yang direncanakan,” ujar Mulyanto.

Mulyanto menilai Pemerintah adem-adem saja dan membiarkan riset vaksin ini berjalan apa adanya. Bahkan terkesan maju-mundur seperti joget poco-poco.

“Terbukti dana riset vaksin di LBM Eijkman, yang disiapkan Pemerintah tidak lebih dari Rp 10 M. Ini sungguh miris dan jauh dari memadai, apalagi kalau dibandingkan dengan dana yang disiapkan untuk mengimpor vaksin yang ratusan triliun.

Seharusnya Pemerintah dapat mengalokasikan dana riset yang cukup, termasuk dukungan infrastruktur pada mitra BUMN yang akan memproduksi, agar vaksin Merah Putih ini dapat diproduksi lebih cepat,” papar Mulyanto.

Baca Juga  Kiai As'ad Said Ali: Saatnya PBNU Bersikap Tegas Kepada Abu Janda

Seperti diketahui saat ini Indonesia memiliki 11 platform riset vaksin Merah Putih yang dijalankan oleh 6 lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi, yakni LBM Eijkman, LIPI, UI, ITB, Unair, dan UGM.

Yang tercepat, LBM Eijkman menjadwakan uji klinis tahap 1-3 bersama BUMN Bio Farma pada bulan Juli-Desember 2021 dan target memperoleh ijin BPOM dan diproduksi massal pada bulan Januari 2022.

Tapi karena kondisi infrastruktur produksi vaksin BUMN Bio Farma, yang hanya dapat memproduksi vaksin berbasis protein rekombinan ragi, maka produksi massal vaksin ini diperkirakan paling cepat September 2022.

Sumber: jitunews.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan