IDTODAY NEWS – Anggota Komisi I DPR RI fraksi PKB, Abdul Kadir Karding menanggapi soal rencana Habib Rizieq Shihab yang hendak pulang melakukan ‘tsaurah’ di Indonesia. Abdul memastikan Indonesia tidak mengenal sistem penjatuhan pemerintahan di luar konstitusi.

“Kita tidak mengenal sistem penjatuhan pemerintahan di luar batas batas konstitusi apalagi kalau itu dalam bentuk kudeta,” kata Abdul Kadir saat dihubungi, Jumat (16/10/2020).

Sebelumnya diksi ‘tsaurah’ menurut Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel bisa berarti kudeta atau revolusi. Abdul Kadir pun memastikan siapapun yang berupaya melakukan kudeta akan punya konsekuensi hukum karena perbuatan melawan hukum.

“Kalau saya kalau niatnya untuk kudeta atau melawan pemerintahan ya dia akan berhadapan dengan TNI Polisi dan rakyat, jadi menurut saya itu akan berhadapan dengan negara Indonesia,” ucap Abdul.

Dia juga mengungkap jika maksud ‘tsaurah’ bukan kudeta dan revolusi, maka Habib Rizieq harus menjelaskan itu kepada masyarakat. Menurutnya ini perlu dilakukan agar tidak terjadi salah paham.

“Kalau memang tidak ada keinginan kudeta nggak ada masalah, perlu diklarifikasi oleh habib bahwa itu tidak benar, agar publik Indonesia tidak salah paham,” ujarnya.

Untuk diketahui diksi ‘tsaurah’ dalam rilis yang dikeluarkan FPI, menurut Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel bisa berarti kudeta atau revolusi. Dia pun menyayangkan penggunaan diksi tersebut.

“Kami menyayangkan dokumen berbahasa Arab yang dibaca di demo kemarin terutama diksi ‘tsaurah’ yang merupakan terjemahan dari ‘revolusi’ sangat tabu di Arab Saudi. ‘Tsaurah’ bisa bermakna ‘inqilab’ (kudeta), faudha (chaos, kekacauan), intifadhah (pemberontakan), taqatul (peperangan, saling bunuh), idhtirab (gangguan keamanan) dan tamarrud (pemberontakan),” kata Agus kepada detikcom, Jumat (16/10).

Baca Juga  Mengapa Akun Front TV Milik FPI di Youtube Hilang?

“Sangat sensitif jika dibaca oleh publik Arab Saudi. Dan saya yakin Saudi dan umat islam tidak akan rela kota suci Mekkah dipakai untuk meneriakkan ‘tsaurah’ terhadap negara yang syar’iyyah (konstitusional) Republik Indonesia,” ujar Agus.

Sementara itu, Front Pembela Islam (FPI) menepis pernyataan Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel, terkait diksi ‘tsaurah’ yang diartikan sebagai kudeta. FPI menegaskan tidak ada makna kudeta dalam siaran persnya.

“Dalam terjemahan bahasa Indonesia yang kita keluarkan bersamaan, ‘tsaurah’ bermakna ‘revolusi’, dikuatkan juga oleh kita bahwa yang dimaksud revolusi adalah revolusi akhlak,” ujar Ketua DPP FPI, Slamet Maarif, kepada wartawan, Jumat (16/10).

Baca Juga  FPI Dipaksa Bubar, Masalah Baru Akan Muncul Lebih Besar

Diksi tsaurah yang digunakan FPI itu termuat dalam siaran pers dalam tiga bahasa. Siaran pers itu diberi judul ‘Pengumuman dari Kota Suci Makkah tentang Rencana Kepulangan IB-HRS’.

Diksi tsaurah itu ada di halaman kedua siaran pers yang menggunakan bahasa Arab. FPI mengartikan tsaurah itu revolusi.

Soal rencana kepulangan Habib Rizieq ini juga disampaikan Ketum FPI KH Ahmad Shabri Lubis saat demo tolak omnibus law UU Cipta Kerja. Shabri menyebut Habib Rizieq akan memimpin revolusi.

“Imam besar Habib Rizieq Syihab akan segera pulang ke Indonesia untuk memimpin revolusi,” kata Shabri dari atas mobil komando, Selasa (13/10).

Sumber: detik.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan