IDTODAY NEWS – Kekuasaan Israel atas situs suci umat Islam, Masjid Al-Aqsa, adalah alasan utama Turki untuk melancarkan serangan ke negara Zionis itu. Hal ini lah yang dibaca oleh Yunani, yang saat ini juga tengah terlibat ketegagan dengan negara di bawah pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Menurut laporan yang diperoleh VIVA Militer dari media Yunani, Pentapostagma, Yunani menuduh Erdogan memang ingin tampil sebagai pemimpin utama negara-negara Islam dunia. Untuk mencapai mimpinya, Erdogan ingin merebut kembali Masjid Al-Aqsa di Jerussalem.
Selain itu, untuk merealisasikan ambisinya Erdogan juga memberikan dukungan terhadap organisasi sayap militer Palestina, Hamas. Bagi Israel dan negara-negara Barat sektunya semisal Amerika Serikat (AS) dan Inggris, Hamas dinilai sebagai kelompok teroris.
Meskipun pada faktanya, organisasi ini memberikan perlawanan atas kekejaman rezim Zionis Israel yang terus menindas rakyat Palestina. Yunani meyakini ambisi Erdogan pasca keputusan pria 66 tahun itu mengubah gereja bersejarah, Hagia Sophia, menjadi masjid.
Amerika juga sudah mencium langkah perlawanan Turki. Dalam berita VIVA Militer sebelumnya, Kementerian Pertahanan Turki di bawah komando Jenderal (Purn.) Hulusi Akar, dengan berani membeli rudal sistem pertahanan udara S-400 Triumf dari Rusia.
AS pun murka dengan langkah Turki ini. Sebab seperti yang diketahui, Rusia adalah salah satu lawan Amerika, selain Korea Utara, China, dan Iran. Akibatnya juga, posisi Turki sebagai anggota Pakta Atlantik Utara (NATO) terancam. Bukan cuma itu, Turki juga ditangguhkan keberadaanya sebagai salah satu negara yang masuk dalam program jet tempur siluman AS, F-35 Lightning II.
Aksi Turki juga terlihat di Laut Mediterania. Misi eksplorasi minyak dan gas di Laut Aegea, membuat geram Yunani dan sejumlah negara Eropa. Pengerahan kapal riset Oruc Reis mendapat respons dari pergerakan armada tempur militer Yunani di wilayah itu.
Nyali Turki tak ciut. Sejumlah kapal perang Angkatan Laut Turki dikerahkan untuk menjaga kapal itu. Hingga pada akhirnya, Prancis juga ikut mengerahkan armada tempurnya untuk mendukung Yunani. Tak hanya Prancis, Turki juga harus berhadapan dengan Uni Emirat Arab (UEA) yang baru saja menandatangani kesepakatan perdamaian dengan Israel.
Turki juga kemungkinan besar akan menghadapi kemarahan Uni Eropa (UE) dan negara Muslim lainnya, Mesir. Khusus untuk Mesir, Turki juga mengalami ketegangan di front Perang Libya.
Turki yang mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA), harus bertentangan dengan Mesir di bawah komando Presiden Abdel Fatah el-Sisi, yang bersekutu dengan Panglima Tentara Nasional Libya (LNA), Marsekal Khalifa Haftar.
Sumber: viva.co.id