IDTODAY NEWS – Pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang ingin menjadikan agama sebagai inspirasi dan bukan sebagai aspirasi seakan melupakan sejarah kelahiran partainya sendiri, yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Menurut analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun, sejatinya tujuan Gus Yaqut, sapaan Menag tepat bila ingin menjadikan agama sebagai inspirasi. Menurutnya, agama telah memberi inspirasi manusia untuk berubah membangun peradaban.

Baca Juga  Komisi IX Minta 3 Ribu Orang Positif Covid-19 yang Masih Berkeliaran Ditelusuri

“Tetapi ketika Menag mengatakan agama jangan dijadikan sebagai aspirasi, ia telah mengabaikan fakta sosiologis politik Indonesia,” kata Ubedilah Badrun kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (25/12).

Pada titik tertentu, kata dia, nilai-nilai agama penting disampaikan sebagai aspirasi untuk para penguasa dalam mengambil keputusan yang menyangkut khalayak ramai.

Terlebih bila merujuk pengalaman, agama sebagai aspirasi telah memunculkan partai-partai politik berbasis masyarakat Islam. Seperti PKB, PAN dan partai politik berbasis masa sekaligus pemikiran substantif Islam, seperti PKS, PPP, dan PBB.

Baca Juga  Perindo soal Eks HTI Dilarang Ikut Pemilu: Anak PKI Saja Banyak Jadi Pejabat

“Kedua aliran ini sama-sama dalam bingkai ke-Indonesiaan. Gus Yaqut jadi Menag itu bukti agama sebagai aspirasi. Mengapa bukan pendeta Jacob Nahuway atau Romo Magnis Susena yang menjadi Menag, atau mengapa Menag bukan dari Muhammadiyah? Ini soal representasi dan itu artinya soal aspirasi,” pungkas Ubedilah.

Baca Juga: Indef: Pemulihan Ekonomi Lambat Tapi Sri Mulyani Tak Dicopot, Jokowi Takut?

Baca Juga  PKB Minta Polisi Selidiki Asal Senjata Api Yang Dibawa Pengikut Habib Rizieq

Sumber: rmol.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan