Petugas Disebut Dihalangi-halangi Saat Tracing Covid-19 di Petamburan, FPI: Itu Tidak Benar

Kegiatan penyemprotan cairan disinfektan yang dilakukan oleh anggota kepolisian dari Polda Metro Jaya menggunakan kendaraan water cannon di sekitar Markas Front Pembela Islam (FPI), di kawasan Petamburan, Jakarta Pusat, Minggu (22/11/2020). Penyemprotan dilakukan sekitar pukul 14.30 WIB menggunakan sejumlah kendaraan water cannon dari berbagai sisi jalan. Kegiatan itu sebagai komitmen Polda Metro Jaya untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) setelah ditemukan adanya beberapa warga yang terpapar Covid-19 seusai menghadiri acara perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dan pernikahan anak Rizieq Shihab yang diselenggarakan di kawasan tersebut. (Foto: Tribunnew/Jeprima)

IDTODAY NEWS – Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Letjen TNI Doni Monardo mendapat laporan adanya usaha menghalang-halangi tracing atau penelusuran kontak virus Corona kerumunan massa dari sejumlah kegiatan pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Muhammad Rizieq Shihab di kawasan Petamburan, Jakarta, dan Megamendung, Bogor, Jawa Barat.

“Laporan peserta rapat menyebutkan, baik yang di Petamburan maupun di Megamendung, petugas kesehatan masih kesulitan melakukan pelacakan. Mereka dihalang-halangi ketika hendak masuk melakukan tracing dan tracking,” kata Doni saat menggelar rapat virtual bersama Kepala Dinas Kesehatan DKI, Jawa Barat, dan Banten, untuk membahas kenaikan kasus corona, termasuk dari acara Rizieq.

Beberapa acara yang dihadiri Rizieq, yakni acara Maulid Nabi di Petamburan dan Tebet, serta peresmian Pesantren di Megamendung, memang menjadi klaster corona baru.

Data yang diterima Satgas per Kamis sore 19 November tercatat wilayah Petamburan telah dilakukan swab terhadap 15 orang.

Hasilnya 7 orang positif Covid-19, termasuk Lurah Petamburan.

Baca Juga  Wakil Rektor UMJ: RUU PKS Memang Lindungi Perempuan, Tapi Tetap Butuh Lobi-lobi Politik

Sementara di Megamendung berdasarkan hasil swab antigen terhadap 559 orang, ditemukan 20 reaktif Covid-19.

Lalu di Tebet terdapat 50 orang positif Covid-19.

Doni menyayangkan adanya upaya penghalang-halangan saat petugas akan melakukan tracing dan tracking terhadap klaster penularan virus corona di Petamburan dan Megamendung.

Doni menjelaskan, semakin cepat penularan Covid-19 diketahui, maka akan memudahkan pasien menjalani pemulihan.

Namun bila terlambat, risiko tingkat kematian akan semakin tinggi, terlebih jika pasien itu memiliki penyakit bawaan.

“Tidak ada alasan bagi masyarakat menolak pelacakan kontak, penanganan kesehatan adalah sebuah kerja kemanusiaan. Tenaga kesehatan hendak memastikan gejala sakit dikenali lebih awal dan demikian juga dengan riwayat kontak pasien,” kata Doni.

“Semakin cepat diketahui, penularan lebih luas bisa dicegah karena memang mayoritas penderita Covid-19 adalah orang tanpa gejala,” kata dia.

Doni menekankan, salah satu cara memutus rantai penularan virus corona adalah dengan melakukan pemeriksaan, pelacakan dan perawatan yang tepat kepada pasien yang tertular.

Baca Juga  Sekjen MUI: Kalau Pilkada Perparah Covid-19, Lebih Baik Ditunda

Namun, pemeriksaan dan pelacakan ternyata tidak mudah dilakukan karena terjadi penolakan di masyarakat.

Mantan Pangdam III/Siliwangi itu menduga fenomena ini terjadi karena di tengah masyarakat masih berkembang stigma negatif bagi penderita Covid-19.

Masyarakat masih takut divonis tertular virus corona.

“Padahal, masyarakat tak perlu takut karena mayoritas penderita Covid-19 sembuh. Di Indonesia sekarang angka kesembuhan telah menembus 83,9 persen dari kasus aktif, jauh di atas kesembuhan dunia yang di level 69 persen,” ucap Doni.

Membantah

Terkait pernyataan Doni Monardo itu, Wakil Sekretaris Umum FPI, Azis Yanuar membantah adanya upaya menghalangi-halangi petugas yang melakukan tracing.

Ia mengatakan tidak ada upaya menghalangi dari jajaran FPI.

“Tidak benar,” kata Azis, Minggu (22/11/2020).

Azis menuturkan, pihaknya juga telah menganjurkan test swab bila ditemukan klaster baru di dua lokasi tersebut.

“Hanya anjurkan untuk test swab. Itu saja,” ujar Azis.

Baca Juga  Munarman: Penguasa Negeri Merasa Gagah kalau Habib Rizieq Dipenjara

Sementara Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19, Alexander K Gintings, mengatakan timnya saat ini masih berada di lapangan untuk melakukan penelusuran kontak erat pasien.

“Para pelacak kontak ini yang kini tengah mengalami persinggungan dengan masyarakat untuk memutus rantai penularan,” kata dia.

Alexander menegaskan gerakan kesehatan untuk menanggulangi Covid-19 adalah sebuah gerakan kemasyarakatan non partisan untuk kemanusiaan, non diskriminatif dan pro terhadap kehidupan.

“Ini yang perlu ditanamkan sehingga masyarakat tidak perlu resisten agar anggota di lapangan bekerja aman dan nyaman dan tidak dicurigai,” ucap dia.

Selain itu, Alex menambahkan semua pihak masih terus berjuang memutuskan rantai penularan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Namun, mereka juga perlu tim pendukung yaitu tim pelacak kontak dari dinas Kesehatan, kementerian Kesehatan, dan Satgas Covid-19.

“Jadi tim pelacak kontak adalah sahabat masyarakat yang menolong saya, keluarga, dan sahabat-sahabat semua dari rantai penularan COVID-19,” kata dia.

Sumber: tribunnews.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan