IDTODAY NEWS – Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, sepakat dengan PP Muhammadiyah, yang menyerukan politikus ikan lele .

Sebagai pihak yang kerap memperkeruh suasana di tengah masa pandemi. Politikus ikan lele pun dinilai memang cepat berkembang biak di era pandemi COVID-19.

“Soal definisi politikus ikan lele, kalau saya coba maknai pernyataan dari Abdul Mu’ti itu politikus ikan lele adalah politikus yang hidupnya dari kekisruhan dari kekacauan gitu, bahkan dia manfaatkan kekisruhan kekacauan untuk bisa tingkatkan popularitas dirinya atau kemudian mencari posisi di partainya. Ya pansos-lah, katakan begitu,” kata Qodari saat dihubungi, Kamis (5/8/2021).

Qodari menyebut sebetulnya wajar ketika politikus memberikan komentar terkait berbagai masalah publik. Namun, menurutnya, pada era pandemi COVID-19 dan politik identitas, muncullah politikus ikan lele yang berkembang dengan cepat.

“Cuma memang di era sekarang dan ada atmosfer politik identitas yang sangat kuat di masyarakat kita, di dunia internasional, kemudian kebetulan juga kita lagi berhadapan dengan permasalahan pandemi COVID-19 yang berbarengan masalah sosial-ekonomi dan masalah sosial lainnya, memang politikus ikan lele punya peluang untuk berkembang biak dengan lebih cepat ya, begitu. Karena dia punya banyak bahan dan materi gitu,” ucapnya.

Baca Juga  Partai Nasdem Dituding Tak Serius Setujui Pilkada 2022, Padahal Anies Dulunya Deklarator Ormas Nasdem

Dia pun menyebut sulit tentunya untuk menghalangi para politikus ikan lele untuk berhenti berbicara. Dia menyebut politikus tersebut memang berbakat menjadi ‘ikan lele’.

“Hemat saya, agak sulit minta politikus ikan lele mengerem pernyataan-pernyataannya, namanya juga ikan lele, kan sulit kalau kita minta berubah jadi ikan nila atau jadi ikan gurame gitu. Kan dia bakatnya jadi lele,” ujarnya.

Dengan demikian, kata dia, yang paling bisa dilakukan adalah mengedukasi masyarakat. Sebab, menurutnya, saat ini partai-partai politik hingga pimpinan partai juga memelihara politikus ikan lele.

Baca Juga  Refly Ragukan Harta Kekayaan Gibran: Angka yang Kecil untuk Pengusaha

“Karena terus terang parpol dan pimpinan partai politik sering melihara ikan lele karena di dalam politik itu seperti permainan sepakbola, ada striker, ada gelandang, ada back, jadi ya politikus ikan lele sengaja dipelihara karena dia berani dan bisa menjadi striker gitu. Jadi menurut saya, kita kembalikan ke publik untuk tak mudah terpancing,” imbuhnya.

Kemudian, dihubungi terpisah, pendiri lembaga survei KedaiKOPI, Hendri Satio atau Hensat, menjelaskan alasan politikus ikan lele berkembang saat ini. Dia pun mempertanyakan pengetahuan pemerintah terkait politikus ikan lele tersebut.

“Menurut saya, intinya bukan siapanya, intinya adalah pemerintah nyaman nggak dengan kondisi politik yang keruh seperti sekarang? Kalau nggak nyaman, ya (politikus ikan lele) diberesin. Artinya, kalau ada di lingkaran pemerintah yang menjadi politikus ikan lele, ya sebaiknya dibina politisinya. Kalau ada yang di luar lingkaran, sebaiknya dibina juga, tapi binanya berbeda nanti yang dalam sama di luar lingkaran,” ucapnya.

Baca Juga  Fokus Konvensi Capres, Nasdem Enggan Komentari Wacana Anies-Sandi 2024

Hensat pun mengaku pesimistis pemerintah Indonesia tahu adanya politikus ikan lele di Indonesia. Karena itulah, kata dia, pemerintah terkesan membiarkan para politikus ikan lele itu.

“Sekarang negaranya paham nggak kalau sekarang ada yang politikus lele, pertama itu dulu, pertanyaannya paham atau tidak? Saya yakin, kalau pemerintah paham, pasti inginnya jernih airnya, tidak keruh, karena pemerintah lebih milih jadi ikan-ikan yang lebih baiklah ketimbang ikan lele. Kalau pemerintahnya nggak ngerti ada yang jadi politikus lele dan memanfaatkan keruh-keruh terus-terusan ini, ya didiemin-lah pemerintahnya. Nah, sekarang gimana rakyat lihatnya? Kalau saya sih lihatnya dia (pemerintah) nggak ngerti ada politikus ikan lele itu,” jelasnya.

Sumber: detik.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan