Kategori
Ekonomi

Tahun 2020 Ekonomi Indonesia Minus 2,07 Persen

IDTODAY NEWS – Catatan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 telah dirangkum oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Di mana, secara kumulatif Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi.

Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan, perekonomian Indonesia berbeda dengan sejumlah negara lainnya yang pada Triwulan IV sudah berangsur membaik, namun dalam skala yang lemah.

“Banyak indikator yang bisa dilihat, salah satunya indeks Purchasing Managers Index atau PMI yang menunjukkan penguatan di Oktober, namun kembali melemah November dan Desember,” ujar Suhariyanto dalam jumpa pers virtual yang disarkan kanal Youtube BPS, Jumat (5/2).

Suhariyanto menyebutkan, beberapa negara yang mengalami perbaikan pertumbuhan ekonomi positif pada triwulan IV dibanding triwulan sebelumnya (q to q), beberapa di antaranya seperti China yang tumbuh 6,5 persen dan Vietnam 4,5 persen.

“Tetapi negara mitra dagang lainnya, misalanya Amerika yang merupakan tujuan eksor kedua Indonesia pertumbuhan ekonominya triwuan keempat masih mengalami kontraksi 2,5 persen, Singapura kontraksi 3,8 persen, begitu juga Korea Selatan (-1,4), Hongkong (-3,0) dan Uni Eropa (-4,8),” paparnya.

Namun di Indonesia, lanjut Suhariyanto, erekonomannya masih mengalami kontraksi, baik secara bulanan (q to q), secara tahunan (y on y) maupun secara kumulatif.

Hal ini, kata Suhariyanto, disebabkan ada sepuluh sektor ekonomi yang masih mengalami kontraksi, tapi tidak sedalam pada kuartal sebelumnya.

Sebagai contoh, Suhariyanto menyebutkan pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan, yang pada triwulan II sektor ini mengalami kontraksi 30,80. Tapi, pada triwulan IV menunjukkan arah pemulihan -13,42 persen.

“Secara (q to q) (pertumbuhan ekonomi Indonesia) mengalami kontraksi sebesar 0,42 persen, dan (y on y) dibanding triwulan IV 2019 mengalami kontraksi sebesar 2,19 persen,” ungkap Suhariyant”Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019 mengalami kontrakasi sebesar 2,07 persen,” tambahnya.

Baca Juga: Aktivis: Nadiem Sangat Tidak Kredibel Jadi Mendikbud

Sumber: rmol.id

Kategori
Politik

Said Didu: Tanda-tanda Ke Arah Kebangkrutan Massal Sangat Kuat

IDTODAY NEWS – Indonesia telah resmi mengalami resesi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 3,49 persen pada kuartal III 2020. Resesi sendiri merupakan awal dari terjadinya depresi ekonomi.

Pernyataan dari ekonom muda Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira bahwa Indonesia dalam ancaman gelombang kebangkrutan massal perusahaan di dalam negeri, diamini oleh Deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) M. Said Didu.

Menurutnya tanda-tanda pertumbuhan PDB masih negatif hingga 2021 yang akan menjadi penyebab kebangkrutan massal sudah terlihat.

“Tanda-tanda ke arah sana sangat kuat,” jelasnya dalam akun Twitter pribadi, Kamis (5/11).

Tanda-tanda yang dimaksud adalah utang makin besar dan kemampuan membayar menurun dari pemerintah, swasta, maupun BUMN.

Selain itu, daya beli masyarakat juga mengalami penurunan. Said Didu mencatat bahwa kemampuan fiskal/APBN makin menurun.

“Ekspor tidak ada tanda-tanda meningkat. Terakhir, nilai tukar makin melemah,” urainya.

Sumber: rmol.id

Kategori
Kesehatan

BPS Catat Penerapan Protokol Kesehatan di Pasar Tradisional dan Tempat Ibadah Rendah

IDTODAY NEWS – Dari survei Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai perubahan perilaku di masa pandemi COVID-19 yang dilaksanakan pada 7 sampai 14 September dengan 90.967 orang, tercatat fakta bahwa penerapan protokol kesehatan di pasar tradisional dan tempat-tempat beribadah tergolong rendah.

“Catatan khususnya adalah untuk pasar tradisional dan pedagang kaki lima 17,3% responden menyatakan sama sekali tidak ada protokol kesehatan,” ungkap Kepala BPS, Suhariyanto dalam Rilis Hasil Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi COVID-19, di Media Center Satgas Penanganan COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Senin (28/9/2020).

Suhariyanto mengatakan dilihat menurut lokasinya hasil temuannya konsisten bahwa di pasar, baik menjaga jarak, mencuci tangan maupun penerapan thermogun itu sangat sangat rendah sekali. “Jadi kalau kita lihat di sana perbedaannya sangat mencolok kembali kita semua tahu bahwa penerapan protokol kesehatan di kaki lima dan pasar tradisional sangat lemah,” katanya.

Kemudian di tempat ibadah sebanyak 5,78% responden mengaku bahwa tempat ibadah tidak menerapkan protokol kesehatan. “Kemudian berikutnya yang harus dijaga adalah tempat-tempat beribadah, karena 5,78% responden itu mengaku bahwa di tempat ibadahnya tidak ada protokol kesehatan sama sekali,” jelasnya.

Suhariyanto mengingatkan agar dua tempat ini perlu perhatian khusus untuk pelaksanaan protokol kesehatan. “Jadi dua tempat ini nampaknya ke depan memang perlu perhatian yang lebih ketika kita melakukan sosialisasi protokol kesehatan.”

“Sehingga ke depan mungkin selain sosialisasi juga perlu ada support atau bantuan langsung dari pemerintah supaya penerapan protokol kesehatannya bisa lebih tertib lagi,” tegas Suhariyanto.

Sumber: SINDOnews.com

Kategori
Ekonomi

Ekonomi Minus 5,32%, Erick Thohir: Lebih Baik dari Negara Tetangga

IDTODAY NEWS – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi hingga minus 5,32% pada kuartal II-2020. Meski begitu, menurut Menteri BUMN Erick Thohir, kondisi perekonomian Indonesia di tengah pandemi virus Corona (COVID-19) masih jauh lebih baik dibandingkan negara tetangga.

“Kalau kita bandingkan negatif pertumbuhan ekonomi kita dengan negara tetangga, kita yes berat 5,32% minusnya. Tapi kalau kita lihat tetangga sebelah itu Singapura minusnya 13%, Filipina 16%, Malaysia 17%. Jadi kita lebih baik dari mereka,” ujar Erick dalam acara Milenial Fest 2020, Sabtu (15/8/2020).

Menurut Erick, kondisi tersebut merupakan hasil dari keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tidak lockdown.

“Kalau melihat data-data, keputusan Bapak Presiden untuk tidak lockdown sangat tepat. Hari ini buktinya,” kata Erick.

Ia pun meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia berbalik positif di tahun depan melihat prediksi lembaga-lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia atau World Bank, dan juga Asian Development Bank (ADB).

“Data-data ADB, IMF, World Bank itu range pertumbuhan ekonomi kita 4,3-6,1% (di 2021),” urainya.

Erick juga menyebutkan kembali prediksi Jokowi yang optimistis ekonomi Indonesia kembali bangkit tahun depan.

“Kemarin Bapak Presiden sudah kasih signal 4,5-5,5%. Jadi kita akan balik,” imbuh dia.

Menurut Erick, dengan data-data tersebut maka tak ada alasan lagi untuk pesimistis akan perekonomian Indonesia.

“Kalau bukti-buktinya seperti ini kenapa kita mesti pesimis? Dan tidak ke balik-balik, kita harus yakin juga ke depan kita akan baik,” tutup dia.

Sumber: detik.com