Kategori
Politik

Bagi Direktur INFUS, Pidato ‘Membajak Krisis’ Jokowi Miskin Diksi

IDTODAY NEWS – Pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo yang menggunakan diksi “membajak” dinilai memberikan gambaran bahwa pemerintah tidak memiliki visi, miskin literasi, diksi dan juga tidak inspiratif.

Penilaian itu disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (INFUS) Gde Siriana Yusuf menanggapi kalimat Jokowi tentang membajak momentum krisis sebagai lompatan kemajuan.

“Miskin Diksi, itu Jokowi menggunakan kata “membajak” momentum krisis untuk lompatan kemajuan. Ini sangat aneh menggunakan kata membajak untuk memanfaatkan momentum krisis menjadi sebuah peluang kemajuan,” kata Gde Siriana kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (17/8).

Miskin diksi yang dimaksud, kata aktivis Bandung Initiatives ini bisa dilihat dari kata “membajak” yang sulit sekali dipadupadankan dengan kata-kata selanjutnya jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

“Dalam diskusi kecil dengan staf kedubes asing, dia bingung kata english apa yang tepat untuk translasi kata membajak. Seharusnya yang digunakan adalah “to take advantage” atau “to convert” sehingga maknanya menjadi mengubah atau memanfaatkan momentum krisis untuk lompatan kemajuan,” bebernya.

Oleh karena itu, Gde Siriana berkesimpulan bahwa pidato kepala negara dalam rapat tahunan MPR 2020 adalah yang terburuk sepanjang sejarah dia mendengar pidato-pidato Presiden.

“To the pointnya, bagi saya pidato kenegaraan Jokowi adalah pidato terburuk kenegaraan yang pernah saya dengar,” demikian Gde Siriana Yusuf menambahkan.

Sumber: rmol.id

Kategori
Politik

Kritisi Pidato Kenegaraan Jokowi, Fadli Zon: Selain Tak Masuk Akal, Juga Bukan Ungkapan Bijaksana

IDTODAY NEWS – Anggota Komisi I DPR RI, Fadli Zon menilai pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo di Gedung DPR RI pada Jumat (14/8) kemarin, kurang realistis. Menurut Fadli Zon, salah satu yang paling mencolok dalam pidato itu adalah soal target pertumbuhan tahun depan pada kisaran 4,5 hingga 5,5 persen.

“Pidato pengantar Presiden untuk RAPBN 2021 kurang realistis,” ujar Fadli dikutip siaran persnya, Ahad (16/8).

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini menilai, target yang diucap Jokowi dalam pidatonya, tidak masuk di akal. Sebab, selama kuartal kedua 2020 kemarin pertumbuhan ekonomi anjlok hingga minus 5,32 persen.

“Bagaimana caranya melompat dari angka minus 5 persen ke angka positif 5 persen di tengah-tengah pandemi, jika sebelum pandemi saja angka pertumbuhan kita hanya bisa mepet 5 persen? Rasanya tak perlu menjadi ekonom untuk menilai target itu sama sekali jauh dari realistis,” tegas Fadli.

Fadli menilai, optimisme Presiden terkait momentum pendemi sebagai lompatan besar merupakan ungkapan terlalu muluk. “Optimisme penting, tapi realistis lebih penting lagi.” Kata dia.

Fadli berujar, yang perlu dilakukan pemerintah saat ini adalah pemulihan ekonomi atau kembali ke titik normal.

Sementara berbicara mengenai lompatan besar pada saat ekonomi seperti ini dianggapnya tak masuk akal. “Selain tak masuk akal, juga bukan ungkapan bijaksana.” Kada dia.

Setidaknya, menurut Fadli, ada empat alasan kenapa optimisme dalam pidato Presiden kemarin kurang realistis. Pertama, anggaran stimulus ekonomi yang akan diberikan pemerintah tahun depan lebih kecil daripada anggaran tahun ini.

Merujuk pada revisi APBN 2020, anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tahun ini mencapai Rp695 triliun. Sementara, tahun 2021 pemerintah hanya akan menganggarkan Rp356,5.

“Artinya, dengan anggaran hampir Rp700 triliun saja pemerintah gagal mengangkat perekonomian, apalagi dengan anggaran yang berkurang hampir setengahnya,” bebernya.

Kedua, sambung dia, RAPBN 2021 menunjukkan penyusunan anggaran belanja pemerintah sejauh ini tak memiliki korelasi dengan kurva pandemi maupun proyeksinya. Patokannya adalah besaran anggaran PEN dan defisit APBN itu sendiri.

Dengan dalih pandemi, tahun ini pemerintah telah dua kali merevisi APBN 2020 yang kemudian menghasilkan anggaran PEN Rp695 triliun dan pelebaran defisit 6,34 persen (Rp1.039,2 triliun).

Ketika menyusun anggaran ini pemerintah memproyeksikan pandemi Covid-19 akan melandai pada Juli atau Agustus 2020.

“Pada kenyataannya, pandemi justru kian meluas. Selain kluster-kluster besar berupa wilayah, sejak pemerintah melonggarkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) pada Juli kemarin, kini juga muncul kluster-kluster baru berupa mal, perkantoran, pabrik, bahkan sekolah.” Katanya.

Anehnya, menurut dia, ketika kurva pandemi terus menanjak, dan ujung dari pandemi ini semakin tak bisa diramalkan, alokasi anggaran pemerintah untuk menangani isu ini justru berkurang drastis.

Kategori
Politik

Legislator PKB Ini Sebut Jokowi Jangan Asal Ngomong Soal Indonesia Produsen Teknologi

IDTODAY NEWS – Anggota Komisi Teknologi (Komisi VII) DPR Ratna Juwita Sari menyambut positif soal pernyataan Presiden Jokowi dalam pidato Sidang Tahunan MPR Jumat (14/8) lalu bahwa Indonesia mempunyai posisi strategis untuk menjadi produsen teknologi masa depan.

Jokowi beranggapan Indonesia saat ini tengah melakukan hilirisasi bahan mentah secara besar-besaran. Antara lain, biji nikel yang sudah dapat diolah jadi ferro nikel, stainless steel slab, lembaran baja dan dikembangkan menjadi bahan utama untuk baterai lithium.

Namun, politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini lebih mengharapkan pidato Jokowi tersebut benar-benar di implementasikan dalam sebuah kebijakan yang memiliki keberpihakan terutama di bidang penganggaran, bukan hanya sekedar ucapan saja.

“Jadi kalau memang kita ingin mencapai target ingin menjadi produsen teknologi, berarti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) itu harus di-support dalam hal anggaran juga” kata Ratna saat dihubungi Sabtu, 15 Agustus 2020.

“Karena seperti kita tahu anggaran Kemenristik Dikti itu sangat kecil. Padahal sebagai koordinator perkembangan teknologi yang nantinya diharapkan menjadi produsen teknologi,” tambahnya lagi. Ia juga mengatakan anggaran Kemenristekdikti dan Badan Riset dan Inovasi Indonesia (BRIN) saat ini sebesar Rp2,7 triliun atau hanya 0,03 persen dari PDB.

Kategori
Ekonomi Politik

Indonesia Tidak Bisa Restart Dan Rebooting Seperti Yang Disampaikan Jokowi, Solusinya Reshuffle!

IDTODAY NEWS – Analogi Presiden Joko Widodo pada pidato kenegaraan bahwa saat ini perekonomian dunia ibarat “komputer hang”, tidak bisa disamakan dengan kondisi ekonomi Indonesia.

Demikian disampaikan pengamat politik yang juga Direktur Visi Indonesia Strategis, Abdul Hamid menanggapi pidato kenegaraan Jokowi, di hadapan anggota MPR, Jumat (14/8).

Dia memberi contoh, tingkat hang setiap negara berbeda-beda. Misalnya, resesi ekonomi Australia akan berbeda jika itu menimpa Indonesia, karena negara itu maju dan kaya, sehingga cukup melakukan restart, maka sistem akan refresh dan mesin akan berjalan normal kembali.

Menurut Cak Hamid sapaan akrabnya, solusi bagi ekonomi Indonesia tidak cukup merestart ataupun rebooting saja, seperti yang dikatakan Presiden Jokowi.

“Ancaman resesi ini tak cukup dengan restart atau rebooting tapi harus updrade prosessor, upgrade ram dan tentu software-nya juga. Karena motherboard yang ada tidak compatible atau tidak support dengan tantangan yang dihadapi sekarang ini,” sebut dia kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (15/8).

Faktanya bahwa Indonesia harus upgrade software dan perangkat lainya adalah, ketika Jokowi berulang kali memarahi para menteri karena bekerja lamban, tidak taktis dan tak punya sense of crisis.

“Itu artinya mesin yang ada tidak bekerja dengan baik, jadi perlu diugrade ke yang kekinian, high spec,” sebut Cak Hamid.

Dengan demikian, dia menyarankan agar Jokowi segera upgrade mesin pemerintahanya dengan kocok ulang atau reshuffle kabinet, dengan memperkuat bagian ekonomi dan kesehatan.

Ganti menteri-menteri yang telah terbukti gagal, seperti Mendukbud Nadiem Makarim yang gagal mengurus pendidikan di era pandemik.

“Karena jika tidak segera dilakukan reshufle kabinet, saya bisa pastikan kita akan jatuh ke dalam resesi ekonomi yang lebih dalam. Dan pidato kebangsaan Jokowi yang memukau itu akan sia-sia,” pungkasnya.

Sumber: rmol.id

Kategori
Politik

Sanjung dan Puji Pidato Jokowi, Pangi Chaniago: Piawai dan Mahir Berselancar dengan Kekuatan Pikiran

IDTODAY NEWS – Pidato Presiden Joko Widodo dalam Sidang Tahunan MPR RI di Gedung Nusantasa, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/2020) menuai pujian.

Salah satunya datang dari analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago.

Pangi menilai, pidato Presiden Jokowi itu sangat menginspirasi, makin berkelas dan berbobot.

“Pidato kenegaraan Presiden Jokowi kali ini banyak kemajuan, sangat komprehensif, tampak lebih piawai dan mahir berselancar dengan kekuatan pikiran-pikiran beliau terkait kondisi bangsa dan aksi apa yang harus dilakukan ke depannya,” kata Pangi.

Pangi juga menilai pidato Jokowi sangat menginspirasi dan memberikan semangat kepada semua.

“Beliau sebagai nahkoda bangsa, kekuatan kata-kata menjadi energi positif, banyak pesan optimisme menghadapi masa krisis ini,” kata dia.

“Bukankah kita juga merdeka salah satu karena variabel kausalitas sebab-akibat keajaiban kata-kata dan kekuatan pikiran-pikiran founding father kita,” sambungnya.

Pangi mengapresiasi kepada Presiden Jokowi karena konsisten memakai baju adat dalam setiap pidato kenegaraan.

“Ini bagian menghormati nilai-nilai tradisi dan budaya lokal asli Indonesia,” kata Pangi.

Pangi pun mencatat ada enam hal penting dari marteri pidato Presiden Jokowi itu.

Yakni optimisme keluar dari resesi ekonomi serta pesan kemandirian bangsa dalam bidang ekonomi dan energi.

Lalu, kepastian hadirnya negara membantu rakyat dengan mengucurkan berbagai bantuan di tengah pandemi serta pesan pemberantasan korupsi.

Seingatnya, isu penegakan hukum dan HAM pada pidato Kemerdekaan RI tahun lalu tidak tersampaikan.

“Sehingga banyak yang mengatakan pidato tersebut tidak komprehensif, Jokowi hanya mengulang-ulang soal infrastruktur dan investasi melulu,” katanya.

Kelima, pesan persatuan dan kesatuan bangsa dengan pernyataan “jangan ada lagi merasa sok paling Pancasilais, sok agamais sendiri”.

Keenam, yakni apresiasi Presiden Jokowi atas kerja keras para tenaga medis dan dokter yang sudah berjuang dengan jiwa dan raga untuk menyelamatkan jiwa rakyat Indonesia.

“Saya pikir ini adalah kekuatan kata-kata yang ditunggu tenaga dokter kita, menjadi energi baru pemompa semangat, bagaimana kepala negara mengapresiasi kerja keras mereka, menghargai kerja-kerja dan pengorbanan mereka,”

“Tidak hanya itu, Presiden Jokowi juga mengapresiasi kinerja DPR, BPK, KY, MA dan MK,” katanya.

Sumber: pojoksatu.id

Kategori
Politik

Pidato Jokowi Ajak ‘Bajak Krisis’, Guru Besar UI: Pemakan Bangkai, Makna Negatif ‘Pembajak Krisis’!

IDTODAY NEWS – Guru besar Universitas Indonesia (UI) Tamrin Tomagola memberikan catatan atas pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo di Gedung Parlemen (14/08).

Salah satu point yang disorot Tamrin adalah penegasan Jokowi yang mengajak membajak momentum krisis. “Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar,” kata Jokowi.

Jokowi menyebut perekonomian semua negara sedang macet. Ibarat komputer, perekonomian semua negara saat ini sedang hang. Untuk itu semua negara harus menjalani proses mati komputer sesaat, harus melakukan restart, dan re-booting.

Tamrin mengingatkan soal makna positif dan negatif “pembajak krisis”. “Hebat amat: bertekad jadi pembajak krisis. Apakah @jokowi sadar berbagai makna dan konsekwensi memdaku diri sebagai “pembajak krisis”? Ada makna “positif” = memanfaatkan momentum, tapi ada juga makna “negatif” = mereguk keuntungan diatas penderitaan orang lain = pemakan bangkai!,” tulis sosiolog ini di akun Twitter @tamrintomagola.

Point lain yang dicatat Tamrin, penegasan Jokowi yang meminta jangan ada yang merasa paling agamis, paling benar sendiri, dan yang lain dipersalahkan.

“Juga, jangan ada yang merasa negeri dan negara ini sebagai warisan keluarga!,” sindir @tamrintomagola.

Sindiran juga dilontarkan Tamrin terkait baju adat Sabu dari Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dikenakan Jokowi pada Sidang Tahunan MPR, DPR dan DPD 2020 itu.

“Gestur pake pakaian adat Sabu perlu segera disusul dgn penanganan pekerja migran, khususnya perempuan-perempuan NTT yang jenazah-jenazahnya terus berdatangan dari rantau. Juga pembenahan lingkungan NTT yang terus dirusak tambang-tambang secara TSM!,” tulis @tamrintomagola.

Kategori
Politik

Sindir Jokowi, PKS: Jangankan Melompat, Berjalan Pun Kita Susah

IDTODAY NEWS – Anggota DPR Fraksi PKS Mardani Ali Sera merespons pidato kenegaraan Presiden Jokowi, yang menyinggung soal momentum krisis pandemi Covid-19 harus dibajak untuk melakukan lompatan besar.

Mardani menilai harapan Presiden tersebut agaknya tidak realistis, lantaran tidak didukung oleh kebijakan yang terarah.

“Pandangan saya, jangankan melompat, berjalan pun kita susah kalau tidak ada perubahan fundamental.”

“Mulai dari line up kabinet, penajaman anggaran.”

“UMKM kita jangankan suruh lari sekarang, siuman dari pingsannya saja berat,” kata Mardani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/2020).

Mardani menyatakan, aksi nyata dari kepala negara sangat dibutuhkan, untuk mencapai tujuan-tujuan sebagaimana disampaikan dalam pidatonya.

“Bicara mudah, aksi yang ditunggu oleh kita semua.”

“Aksi itu jelas, 1,2, 3 hari ke depan ini apa aksi Pak Jokowi dari pidato yang di atas dalam tanda kutip bagus pidatonya,” tutur Mardani.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato kenegaraan dalam rangka HUT ke-75 RI di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (14/8/2020) pagi.

Berikut ini isi lengkapnya: