Kategori
Politik

Disebut Memihak Moeldoko, Yusril: Saya Menangani Persoalan Hukumnya, Urusan Politik Urusan Mereka

IDTODAY NEWS – Yusril Ihza Mahendra menanggapi elite Partai Demokrat, Rachland Nashidik, yang menyebutnya memihak Moeldoko. Yusril mengatakan bahwa dia bertindak sebagai kuasa hukum empat eks kader Demokrat yang menggugat AD/ART Partai Demokrat ke Mahkamah Agung.

“Saya sudah bilang, kalau MA mengabulkan permohonan ini, semua AD/ART parpol bisa diuji formil dan materil kepada MA. Kalau ternyata AD/ART itu bertentangan dengan UU, maka MA bisa batalkan AD/ART itu,” kata Yusril kepada wartawan, Jumat (24/9).

“Sekarang yang memberi kuasa hukum untuk menguji AD/ART PD adalah 4 orang anggota Partai Demokrat, maka saya bertindak atas nama 4 orang itu. Kalau ada anggota partai lain yang mau menguji AD/ART-nya dan dia punya legal standing untuk itu, silakan dia cari advokat yang bisa mewakilinya,” imbuhnya.

Yusril pernah menangani konflik kepengurusan partai politik, yakni Golkar dan PPP. Yusril mengatakan bahwa dirinya hanya menangani persoalan tidak mengurusi urusan politik mereka.

“Bukan baru sekali ini saya menangani persoalan hukum partai politik. Saya pernah menangani konflik internal Golkar antara kubu ARB (Aburizal Bakrie) dengan kubu AL (Agung Laksono), konflik internal PPP antara kubu SDA (Suryadharma Ali) dengan kubu Romy (Romahurmuziy). Saya menangani persoalan hukumnya, urusan politik urusan mereka,” katanya.

Yusril mengatakan bahwa pengajuan gugatan terhadap AD/ART Partai Demokrat ke MA adalah sah. Yusril mengatakan bahwa hakim agung tidak akan mempertimbangkan ocehan politik.

“Pengujian AD/ART Partai Demokrat ke Mahkamah Agung adalah langkah hukum yang sah dan konstitusional. Coba Rachland Nasidik menyusun argumen, membantah dalil-dalil yang saya kemukakan ke Mahkamah Agung. Sia-sia menggunakan jurus dewa mabuk menghadapi persoalan ini. Para hakim agung tidak akan mempertimbangkan ocehan politik yang mencoba menarik-narik persoalan ini ke sana ke mari,” papar Yusril.

“Mahkamah Agung akan fokus pada argumentasi yuridis dan konstitusional dalam memeriksa dan memutus perkara ini, bukan ocehan politik yang sama sekali tidak ada gunanya,” imbuh Yusril.

Sumber: jitunews.com

Kategori
Politik

Sebut Kasus Rocky Gerung Dipolitisasi, Rachland: Cara Baru Merepresi Oposisi dan Membungkam Kritik?

IDTODAY NEWS – Politisi Partai Demokrat, Rachland Nashidik menilai bahwa kasus sengketa lahan antara pengamat politik, Rocky Gerung dan Sentul City dipolitisasi oleh pejabat istana.

Rachland pun menduga-duga apakah hal ini adalah cara baru untuk menekan oposisi dan membungkam kritik.

“Bukti bahwa kasus ini memang dipolitisasi pejabat istana,” katanya melalui akun Twitter Rachlannashidik pada Senin, 13 September 2021.

“Cara baru merepresi oposisi dan membungkam kritik?” sambungnya.

Ia mengatakan hal itu sebagai respons terhadap pernyataan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Moctar Ngabalin terkait sengketa tanah Sentul City.

Dalam pernyataannya, Ngabalin menyindir para karun untuk bersiap-siap mengunjungi junjungan mereka yang terancam menyusul Yahya Waloni dan Sugi Nur ke penjara.

Ngabalin juga menyebur junjungan kadrun yang ia maksud sebagai Profesor abal-abal dan dungu.

“Tuhan Yang Maha Adil mulai menunjukan kuasaNya pada professor abal-abal dan dungu,” katanya melalui akun Twitter AliNgabalinNew pada Minggu, 12 September 2021.

Menurut Ngabalin, dalam sengketa ini, dapat dinilai siapa yang sesungguhnya dungu dan tolol karena telah membangun rumah diatas lahan orang.

“Ingatkan kadrun-kadrun supaya tengok junjungannya terancam tuh ntar lagi nyusul Yahya dan Sugi Nur. Gaspul Sentul City,” katanya.

Sebagai catatan, Ngabalin tak menyebut secara spesifik terkait siapa sosok yang ia singgung dalam cuitannya.

Namun, ditelusuri Terkini.id di kolom komentar, netizen berasumsi bahwa Ngabalin sedang menyinggung Rocky Gerung yang kini memang sedang menghadapi sengketa lahan dengan Sentul City.

Sumber: terkini.id

Kategori
Politik

Moeldoko Minta Rakyat Hormati Jokowi, Demokrat: Dengarkan, Ini Nasihat dari Begal Partai!

IDTODAY NEWS – Politikus Partai Demokrat, Rachland Nashidik menyindir pernyataan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) yang meminta rakyat Indonesia menghormati Presiden Joko Widodo. Ia mengatakan bahwa pernyataan Moeldoko adalah nasihat dari begal partai.

“Dengarkan ini. Nasehat tata krama dari begal partai. Orang yang tak malu mengaku sebagai Ketua Partai, meski gagal bikin kongres abal-abal dan klaimnya ditolak pemerintah,” tulis Rachland Nashidik di akun Twitter pribadinya sembari menautkan pemberitaan terkait pernyataan Moeldoko, Kamis (19/8/2021).

“Orang yang mengkhianati seniornya sendiri yang memberinya bintang dan mengangkat karirnya ke puncak,” sambungnya.

Sebelumnya, Moeldoko meminta kepada masyarakat agar tidak sembarangan menyampaikan sesuatu kepada Presiden Joko Widodo. Ia menegaskan bahwa Jokowi adalah orang tua rakyat Indonesia yang perlu dihormati. Oleh karena itu, ia meminta agar rakyat menyampaikan kritik ke Jokowi dengan cara-cara yang beradab.

“Karena apapun presiden adalah orang tua kita, yang perlu, sekali lagi perlu untuk kita hormati. Tata krama ukuran-ukuran culture kita supaya dikedepankan, bukan hanya sekedar berbicara antikritik, antikritik,” kata Moeldoko kepada wartawan, Rabu (18/8/2021).

Sumber: jitunews.com

Kategori
Politik

Rachland Nashidik Sindir Moeldoko, Nasehat Tata Krama dari Begal Partai

IDTODAY NEWS – Politisi Partai Demokrat Rachland Nashidik menanggapi pernyataan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang meminta agar kritik kepada pemerintah disampaikan dengan cara yang lebih beradab.

Rachland membagikan tautan berita Tempo.co berjudul “Mural 404: Not Found Dihapus, Moeldoko: Jangan Sembarangan Menggambar”.

“Dengarkan ini. Nasehat tata krama dari begal partai. Orang yang tak malu mengaku sebagai Ketua Partai, meski gagal bikin kongres abal-abal dan klaimnya ditolak pemerintah,” kata Rachland, dikutip dari akun Twitter pribadinya, @rachlannashidik, Kamis (19/8).

Moeldoko mendapat kecaman dari sejumlah kalangan setelah dia melaksanakan Kongres Partai Luar Biasa (KLB) Demokrat beberapa waktu lalu.

Dalam kingres yang dilaksanakan Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut) itu, Moeldoko dipilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Gara-gara kongres tersebut, Moeldoko dianggap mengkhiatani Susilo Bambang Yudhono (SBY) yang pernah mengangkatnya sebagai Panglima TNI.

“Orang yang mengkhianati seniornya sendiri yang memberinya bintang dan mengangkat karirnya ke puncak,” cetus Rachland.

Sebelumnya, Moeldoko mengatakan kritik merupakan hal lumrah dalam suatu pemerintahan, termasuk di antaranya menggunakan mural.

Meski begitu, Moeldoko meminta kritik disampaikan dengan cara yang lebih beradab.

“Karena apa pun, Presiden adalah orang tua kita, yang perlu sekali dan sangat perlu untuk kita hormati. Jangan sembarangan berbicara, jangan sembarangan menyatakan sesuatu dalam bentuk kalimat atau dalam bentuk gambar,” kata Moeldoko Rabu (18/8).

Moeldoko menyebut Presiden Joko Widodo sangat terbuka dan tak pernah pusing dengan kritik.

Namun Jokowi juga selalu mengingatkan sebagai orang Timur, Indonesia memiliki adat. Ia mengatakan tata krama dan ukuran-ukuran budaya supaya di kedepankan.

Moeldoko juga mengatakan saat ini kritik dengan fitnah seringkali tak bisa dibedakan pemerintah. Apalagi, kata dia, banyak tokoh yang justru hanya memperkeruh situasi.

“Saya sering mengatakan setelah itu minta maaf. Ini apa bangsa ini? Berbuat sesuatu, ada tindakan, minta maaf. Ini sungguh sangat tidak baik. Mestinya bangsa yang pandai adalah bangsa yang berpikir dulu sebelum bertindak sesuatu,” kata Moeldoko.

Ia pun meminta masyarakat tak serta merta menganggap pemanggilan polisi terhadap orang yang membuat kritik sebagai tindakan represif.

Menurutnya bisa saja penangkapan itu hanya sebatas untuk membina mereka.

“Jadi jangan dijustifikasi represif dan seterusnya. Ini kan sekarang kita melihat hanya kulitnya, bukan dalamnya,” tandas Moeldoko.

Sumber: pojoksatu.id

Kategori
Politik

Sindir Denny Siregar, Rachland: Orang Bodoh Mau Jerumuskan Kawan Sendiri

IDTODAY NEWS – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Demokrat, Rachland Nashidik menyindir bahwa pegiat media sosial, Denny Siregar adalah otang bodoh yang mau menjerumuskan temannya sendiri.

Oleh sebab itu, Rachland Nadhidik menilai bahwa pernyataan Denny Siregar tidak perlu dianggap.

“Orang bodoh mau jerumuskan kawan sendiri. Gak usah dianggap,” katanya melalui akun Twitter Rachkannashidik pada Minggu, 15 Agustus 2021.

Rachland mengatakan hal itu sebagai respons terhadap cuitan Ketua Senat Akademi Demokrat, Andi Andis.

Dalam cuitannya pada Sabtu, 14 Agustus 2021, Andi Andis mengunggah tangkapan layar cuitan Denny Siregar yang telah dihapus.

“Denny Siregar, kenapa di hapus. Baru juga mau di komentarin. Gak asik ah si Denny, Bang Rachlan Nashidik,” katanya melalui akun AndiAndis6.

Adapun dalam tangkapan layar itu, Denmy Siregar menanggapi perseteruan antara Rachland Nashidik dengan seorang cendekiawan muslim, Ayang Atriza Yakin.

Seperti diberitakan sebelumnya, Ayang menuding Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah merampok duit rakyat.

Rachland yang tak terima Ketua Majelis Tinggi partainya dituding pun meminta Ayang untuk membuktikan ucapannya.

Ia memberikan waktu 2 x 24 jam kepada Ayang untuk membuktikan tudingan tersebut atau pihainya akan mengambil langkah hukum

Terkait tantangan Rachland itu, Denny Siregar pun mengungkit bahwa ia dulunya juga pernah diancam somasi dengan waktu 2 x 24 jam.

“Tapi ya sudah 2 x 24 bulan tetep gini-gini aja,” kata Host Cokro TV itu.

Denny lalu menyindir bahwa Rachland seperti Ketua Rukun Tetangga (RT) yang sering melontarkan 2 x 24 jam.

Sumber: terkini.id

Kategori
Politik

Rachland Nashidik: Profesor Ini Aib Bagi Dunia Akademi

IDTODAY NEWS – Batas waktu 2 x 24 jam yang diberikan politisi Partai Demokrat Rachland Nashidik kepada akademisi Ayang Utriza Yakin telah habis.

Rachland menyebut Ayang Utriza Yakin tidak mampu menunjukkan bukti bahwa Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY korupsi Hambalang Rp2,5 triliun.

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Demokrat ini menilai, cuitan Ayang Utriza Yakin tidak lebih cerdas dari celotehan buzzerP.

“Sudah 2 x 24 jam. Jelas sudah. Profesor ini tak mampu menunjukkan apapun untuk menopang tuduhan ngawurnya bahwa SBY korupsi. Orang ini aib bagi dunia akademi. Noda memalukan bagi Universitas tempatnya bekerja. Omongannya tak lebih cerdas dari celotehan BuzzeRp,” cuit Rachland, dikutip Pojoksatu.id, dari akun Twitter pribadinya, @rachlannashidik, Minggu (15/8).

Rachland mengaku sedang mempertimbangkan langkah-langkah yang akan ditempuh terkait tudingan Ayang Utiraza yang menyebut SBY korupsi.

“Ada tiga hal bisa dipertimbangkan. Satu, mengadukan @Ayang_Utriza ke polisi. Dua, menyurati Universitas tempatnya bekerja. Tiga, mendorongnya berkonsultasi dengan psikiater — sekurangnya dengan psikolog,” jelas Rachland.

“Orang ini agaknya punya masalah kejiwaan atau sekurangnya kepribadian,” tambahnya.

Rachland tidak akan terburu-buru untuk melaporkan Ayang ke polisi. Yang penting bukti-buktinya sudah ada.

“Sedang dipertimbangkan langkah terbaik untuk diambil pada @Ayang_Utriza. Saya tidak terburu-buru. Toh, semua bukti sudah disimpan. Tinggal kapan saja bisa digunakan,” bebernya.

Rachland mengisyaratkan akan melaporkan Ayang ke polisi setelah rezim Jokowi selesai. Namun dia tidak menjelaskan mengapa harus menunggu sampai rezim Jokowi berakhir.

“Mungkin upaya hukum kami tidak akan ditindaklanjuti sekarang. Tapi kami orang yang sabar dalam mengejar kebenaran. Rezim ini akan berakhir sebelum masa kadaluarsa pidana berakhir,” jelasnya.

Dugaan Korupsi Soeharto Dan SBY

Sebelumnya, Ayang menuding Presiden ke-2 Soeharto dan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY korupsi.

“Soeharto merampok duit rakyat NKRI: 35 milyar dolar AS! Maling duit rakyat terbesar dalam sejarah dunia! YM. Para anak-cucu Soeharto: kapan Anda kembalikan harta jarahan rakyat NKRI?,” kata Ayang di Twitter-nya, @Ayang_utriza, dikutip FIN, Sabtu (14/8).

Intelektual muslim Indonesia jebolan Prancis ini mengatakan bahwa dirinya ikut menjadi korban kekejaman rezim Soeharto dan SBY.

“Itu kenyataan? Motif saya? saya korban kekejaman dan korupsi Soeharto dan SBY! saya rakyat jelata, seperti kebanyakan orang!Kenapa pak? Anda rela duit rakyat NKRI dimaling dan dirampok Soeharto dan SBY?” ungkapnya.

Dosen Institut Ilmu Politik Sciences-Po Bordeuax, Prancis ini mengungkit korupsi Bang Century dan korupsi Hambalang yang diduga melibatkan SBY.

“YM. Bapak @SBYudhoyono mohon jelaskan ke rakyat NKRI soal korupsi Century Rp. 6,7 trilyun, korupsi Hambalang Rp. 2,5 trilyun, dll. Benarkah Bapak, Pak Budiono, Gub/Wagub BI, politisi Demokrat, dll. terlibat, agar tidak jadi fitnah?,” tandas Ayang Utriza Yakin.

Sumber: pojoksatu.id

Kategori
Politik

Ayang Utriza Yakin: Semoga Jika Saya Jadi Presiden, Saya Amanah, Tidak Seperti SBY

IDTODAY NEWS – Perseteruan akademisi Ayang Utriza Yakin dengan politisi Partai Demokrat Rachland Nashidik semakin memanas.

Rachland Nashidik mengancam akan melaporkan Ayang Utriza Yakin ke polisi karena menyebut SBY korupsi Hambalang Rp2,5 triliun.

Namun Rachland mengaku tidak akan buru-buru mempolisikan Ayang. Ia menunggu sampai rezim Jokowi berakhir.

Perseteruan Rachland vs Ayang bermula saat Ayang mempertanyakan korupsi Bank Century dan Hambalang yang diduga melibatkan SBY pada 11 Agustus 2021.

“YM. Bapak @SBYudhoyono mohon jelaskan ke rakyat NKRI soal korupsi Century Rp. 6,7 trilyun, korupsi Hambalang Rp. 2,5 trilyun, dll. Benarkah Bapak, Pak Budiono, Gub/Wagub BI, politisi Demokrat, dll. terlibat, agar tidak jadi fitnah?,” cuit Ayang melalui akun Twitter pribadinya, @Ayang_Utriza.

Rachland menananggapi cuitan Ayang. Ia menyebut tudingan Ayang cukup serius.

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Demokrat ini meminta Ayang Utriza membuktikan tuduhannya.

Jika tidak, Rachland mengancam akan menempuh jalur hukum. Ia memberikan batas waktu selama 2 x 24 jam kepada Ayang untuk menunjukkan bukti SBY korupsi.

“Wah tuduhan ini sangat serius. Saya kader Demokrat. Tapi saya akan objektif. Saya minta Anda buktikan bahwa SBY korupsi. Silahkan buka. Beban pembuktian ada pada orang yang menuduh. Saya beri Anda 2 x 24 jam. Atau kami akan ambil langkah hukum,” tegas Rachland melalui akun Twitter pribadinya, @rachlannashidik.

Ayang dan Rachland pun larut dalam perdebatan panas hingga melebar ke masalah kepribadian, moral, agama dan pendidikan.

Rachland menyebut tidak masalah jika Ayang ingin mencalonkan diri sebagai presiden. Namun dia harus bisa membuktikan tuduhannya yang menyebut SBY korupsi.

“Anda mau jadi Presiden? Well, Anda berhak punya cita-cita. Anda cuma perlu memaparkan dalam 2 x 24 jam bahwa tudingan Anda pada Pak SBY memiliki bukti, agar publik tahu Anda pantas, bukan sebangsa megaloman,” jelas Rachland.

Ayang Merasa Difitnah

Ayang Utriza Yakin merasa tersinggung dengan kata ‘megaloman’ yang disebutkan Rachland dalam cuitannya.

Megalomania artinya salah satu gejala gangguan jiwa yang ditandai dengan fantasi hebat atau perilaku gaya hebat tetapi realitanya tidak benar. Orang dengan megalomania juga merasa ingin dipuja dan mengalami gangguan empati.

“Ya salam 1000x, skrg Bapak @rachlannashidik tuduh saya “MEGALOMAN!” Ini FITNAH! Waktu kecil, saya mau jadi “SUPERMAN” sih Pak,” balas Ayang.

“Bapak, rakyat jelata spt saya cuma mau bisa kerja, makan-minum enak, hidup damai-bahagia, tidak macam-2! Bapak sj politisi yg banyak macamnya!,” tambah intelektual muslim Indonesia jebolan S3 Prancis ini.

Dosen Institut Ilmu Politik Sciences-Po Bordeuax, Prancis ini berharap jika kelak menjadi presiden, dia bisa menjadi presiden yang amanah, tidak seperti SBY.

“Doakan ya Bapak agar saya pintar, benar, & jujur. Semoga jika sy jadi Presiden, sy amanah, tidak spt Bapak @SBYudhoyono,” tandas Ayang.

Sumber: pojoksatu.id