IDTODAY NEWS – Sedikitnya 59 negara telah menyatakan menutup pintu bagi masuknya WNI di negara-negara tersebut.

Tak hanya itu, Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan Penyakit Amerika atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga mengeluarkan “peringatan level 3” atau level tertinggi agar warga AS menghindari perjalanan ke Indonesia.

Praktisi kesehatan dr Berlian Idris mengungkapkan, penolakan WNI dan peringatan level 3 CDC mempertimbangkan resiko penularan Covid 19 yang tinggi dan layanan medis yang terbatas.

Menurut dr Bili, dalam konteks kesehatan global, peringatan dan larangan itu adalah bentuk pengakuan dunia atas buruknya penanganan Covid 19 di Indonesia. Untuk itu, penggunaan ‘pendengung’ dan diplomasi saja tidak bisa melawan opini buruk dunia atas Indonesia.

“Diakui atau tidak, dalam konteks kesehatan global ini adalah bentuk ‘pengakuan’ dunia atas buruknya penanganan #COVID19 di Indonesia. Diplomasi saja, apalagi menggunakan pendengung, takkan bisa melawan opini buruk dunia atas Negeri ini. Harus ada perbaikan mendasar,” tulis dr Bili di akun Twitter @berlianidris.

Baca Juga  Puan Maharani Ajak Anggota DPR Pastikan Pengelolaan Fiskal Pemerintah Prudent Dan Sustainable

Pengamat politik Adnin Armas membeberkan akibat dari larangan kunjungan WNI ke 59 negara, salah satunya ambruknya bisnis penerbangan.

“Makinlah bisnis penerbangan ambruk. Satu dampak akibat kegagalan penguasa,” tegas Adnin di akun @adninarmas29 menanggapi tulisan bertajuk “59 Negara Larang Kunjungan WNI, Ini Respons INACA dan Bos Garuda Indonesia.”

Adnin mengingatkan kebijakan Presiden Joko Widodo yang justru mempromosikan pariwisata Indonesia saat pendemi Corona terjadi. “Waktu itu mempromosikan wisata saat pandemi Corona sedang terjadi. Sekarang jangankan turis asing ke Indonesia, malah rakyat Indonesia yang dilarang ke puluhan negara,” tulis @adninarmas29.

Di satu sisi, saat negara lain khawatir dengan kondisi Indonesia, di dalam negeri tidak sedikit yang justru “meremehkan” pandemi Covid 19.

Politisi PDIP menyatakan meragukan data Ikatan Dokter Indonesia (IDI) soal gugurnya 100 dokter yang menjadi korban Covid 19.

Dr Bili menyesalkan pernyataan politikus yang “mengecilkan” pengorbanan tenaga kesehatan itu. “Alih-alih bersimpati, politikus ini malah mengecilkan pengorbanan nakes seolah sekadar angka. Meragukan jumlah dokter yang meninggal, bahkan mengatakan pernyataan @PBIDI mengenai hal ini kontraproduktif & meresahkan masyarakat, adalah kekejaman,” tegas @berlianidris.

Tak hanya soal data tenaga medis yang gugur, faktanya gelaran Pilkada Serentak tetap digelar. Bahkan Mendagri Tito Karnavian menilai gelaran Pilkada Serentak 2020 bisa menekan laju penyebaran Covid-19 di Indonesia beserta dampaknya.

Alasan Tito, masyarakat pasti memilih kandidat kepala daerah yang bisa menangani virus Corona di daerahnya masing-masing. Dengan begitu, ada peluang laju penularan virus corona bisa ditekan berkat Pilkada.

Baca Juga  PP Hima Persis Minta Kepolisian Tangkap Dalang Pembakaran Halte Sarinah!

Institut Ecosoc Rights (IER) merespon pernyataan Tito tersebut. “Delusinya Pemerintah Indonesia terkait pandemi ini benar-benar mengkhawatirkan bagi warganya dan menakutkan bagi negara-negara lain,” tulis akun IER, @ecosocrights.

Ironisnya, para buzzer penguasa tetap menguarkan narasi-narasi yang “mengecilkan” data dan angka Covid 19 di Indonesia.

“1. Ada 59 negara menutup pintu bagi WNI, itu bukan aib, karena seluruh dunia menghadapi masalah yang sama, bukan hanya Indonesia. Apalagi dari negara-negara yang kasus covid tertinggi, Indonesia ada diurutan 23, di urutan pertama Amerika. Amerika aja tidak malu, karena itu bukan aib,” tulis dewan pakar PKPI Teddy Gusnaidi di akun @TeddyGusnaidi.

Sumber: itoday

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan