IDTODAY NEWS – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengungkapkan spektrum makna kemerdekaan sangatlah luas. Menurutnya saat ini kemerdekaan tidak hanya diartikan lepas dari belenggu penjajahan, melainkan sarana untuk mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat Indonesia.

“Pertanyaan ‘sudahkah kita merdeka?’ akan menghadirkan beragam jawaban dan konsepsi yang kemudian dijadikan sebagai rujukan dalam memaknai hakikat kemerdekaan. Antara lain kemerdekaan dari ketergantungan, kemerdekaan dari kemiskinan, kemerdekaan dari kebodohan, kemerdekaan untuk mendapatkan akses keadilan, dan masih banyak lagi konsepsi kemerdekaan yang hadir dalam dinamika dan dialektika pemikiran di ruang publik,” ujar Bamsoet dalam keterangannya, Sabtu (21/8/2021).

Dalam Dialog Publik ‘Refleksi 76 Tahun kemerdekaan Indonesia: Sudahkah Kita Merdeka?’ yang diselenggarakan Magister Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta, secara virtual, Mantan Ketua Komisi III DPR RI dan Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan masih ada sejumlah pekerjaan rumah (PR) yang harus terus dibenahi di usia Indonesia yang ke-76. Salah satunya terkait tingkat ketergantungan terhadap produk impor yang dinilainya masih cukup tinggi.

Bamsoet mengatakan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode Januari-Juni 2021 atau sepanjang semester I 2021 tercatat nilai impor pangan mencapai Rp 88,21 triliun. Contoh lain, lanjut dia, Menteri Riset dan Teknologi pada bulan Mei 2020 mencatat angka ketergantungan terhadap produk impor di bidang kesehatan mencapai 90 persen.

“Sebagaimana kita pahami bersama, bahwa sektor pangan dan kesehatan adalah sektor yang sangat vital. Bukan hanya karena menjadi kebutuhan primer yang wajib dipenuhi, tetapi juga karena sangat berpengaruh terhadap sektor-sektor lainnya, apalagi saat ini kita dihadapkan pada masa pandemi,” terangnya.

Ketua Umum Ikatan Motor Besar Indonesia (IMI) ini memaparkan memaknai kemerdekaan dari kebodohan harus dilihat dari tujuan dibentuknya pemerintah, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut survei yang dirilis Programme for International Student Assesment mengenai kemampuan pelajar Indonesia, pada bulan Desember 2019 Indonesia berada pada peringkat ke-72 dari 77 negara. Posisi ini masih tertinggal jauh dari Malaysia yang ada di urutan ke-56 atau Singapura di urutan ke-2.

Baca Juga  Singgung Anggaran Influencer, PKS: Permadi Arya Dibayar APBN?

“Kondisi tersebut cukup kontradiktif, mengingat Konstitusi kita telah memberikan dukungan dengan mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Namun hasilnya masih belum memuaskan,” ujarnya.

“Hal ini menyiratkan bahwa persoalan sesungguhnya tidak terletak pada dukungan anggaran, tapi lebih pada peningkatan kualitas pengajar, penyempurnaan sistem pendidikan, serta pembenahan lembaga pendidikan,” terangnya.

Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan Kadin Indonesia ini memaparkan dari perspektif kemerdekaan terhadap keadilan, dapat dilihat indeks akses terhadap Keadilan tahun 2019 adalah sebesar 69,6 persen. Ini menunjukkan cita-cita Indonesia Merdeka untuk mewujudkan keadilan dalam masyarakat masih menyisakan persoalan.

“Kondisi ini juga tergambar dari rendahnya jumlah advokat terdaftar di Indonesia, yang hingga pertengahan 2019, diperkirakan jumlahnya hanya sekitar 50.000. Atau kurang dari 1 persen dari jumlah penduduk,” jelas Bamsoet.

Baca Juga  Massa Siap Sambut Habib Rizieq Shihab, Mahfud Md: Kalau Buat Kerusakan, Kami Sikat

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menguraikan kemerdekaan dari kemiskinan juga masih menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin Indonesia per Maret 2021 adalah sebesar 27,54 juta.

Angka ini meningkat 1,12 juta dari tahun sebelumnya. Menurutnya dengan melihat pandemi yang belum usai, bukan tidak mungkin angka tersebut naik. Bahkan diprediksi jumlah pengangguran pada tahun 2021 akan mencapai angka 12,7 juta.

“Dari berbagai perspektif tentang kemerdekaan tadi, akan mengantarkan kita pada sebuah kesadaran, bahwa pemaknaan kemerdekaan akan terus berkembang seiring dinamika dan perkembangan zaman. Banyak yang telah kita capai, tetapi masih lebih banyak lagi yang dapat kita raih,” ujarnya.

“Tentunya menjadi harapan kita bersama, semoga ke depan kita semakin sukses dalam mewujudkan ‘Indonesia yang benar-benar Merdeka’ dari berbagai sudut pandang pemaknaan,” pungkas Bamsoet.

Sumber: detik.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan