IDTODAY NEWS – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyayangkan sikap pemerintah yang menganggap sikap kritis sebagai bentuk perlawanan.
Menurut AHY, kritik adalah sejatinya bentuk masukan kepada pemerintah dan bukan demi kepentingan politik tertentu.
“Pandangan atau masukan kritis dianggap sebagai serangan untuk kepentingan politik tertentu,” ujar AHY dalam pidato kebangsaan di acara CSIS yang disiarkan secara daring, Senin (23/8/2021).
“Lebih menyakitkan, jika setiap masukan dan pandangan yang berbeda dianggap sebagai bentuk perlawanan,” sambungnya.
Putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mengatakan, jika sikap kritis dianggap sebagai lawan politik.
“Kami berharap para pemimpin dan pemerintah agar sudi mendengarkan suara hati rakyat di akar rumput,” tuturnya.
Menurut AHY, sangat manusiawi dalam keadaan tak berdaya seperti saat ini masyarakat mengekspresikan kesedihan, kekecewaan, dan kemarahannya.
“Manusiawi jika keadaan sulit akibat pandemi Covid-19 masyarakat mengutarakan kemarahan dan kekecewaan,” katanya.
Penanganan Pandemi Kurang Optimal
Dalam kesempatan itu, anggota TNI AD berpangkat terakhir Mayor itu juga menyoroti penanganan pandemi Covid-19.
Ia menganggap, penanganan yang dilakukan pemerintah belum optimal sehingga banyak masyarakat menjadi korban akibat virus mematikan itu.
“Banyak tidak tertolong karena kekurangan ICU, kapasitas RS yang terbatas,” ujarnya.
“Angka kematian ini tidak boleh dianggap data statistik semata. Ada duka dari keluarga yang ditinggalkan akibat Covid-19,” imbuh dia.
Di sisi lain, AHY juga menyesalkan masih banyak masyarakat yang belum patuh terhadap himbauan pemerintah dalam menjaga protokol kesehatan.
AHY mengatakan, bahwa virus asal kota Wuhan China itu tidak akan memandang identitas untuk terpapar.
”Virus ganas tersebut tidak mengenal status dan identitas kita, tentu siapapun beresiko terpapar Covid-19, ini diakibat kecerobohan dan ketidakdisiplinan masyarakat,” pungkasnya.
Sumber: pojoksatu.id