IDTODAY NEWS – Adhie Massardi, mantan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memiliki banyak pengalaman baru ketika mendampingi Gus Dur.

Menurutnya, Gus Dur yang mengangkat dirinya dari kelas yang tidak jelas menjadi dikenal banyak orang. Sehingga dia juga bisa kenal dengan tokoh-tokoh yang dikagumi seperti Johan Effendi atau Adnan Buyung Nasution, dll.

“Ketika saya bersama Gus Dur tiba-tiba mereka menjadi teman dan mereka saling menghormati,” katanya saat diwawancara beberapa waktu yang lalu.

Pengalaman lain, di kalangan nahdliyin, dia bisa dikatakan muallaf. “ Saya menemukan dunia yang lain, dunia tradisonal. Justru saya menemukan hal yang menakjubkan, justru masyarakat yang menjaga tradisinya, lebih cepat melangkah ke dunia modern dibandingkan dengan orang-orang yang awal-awal masuk ke dunia modern,” ujarnya.

Ia mengetahui bahwa sampai detik ini di kalangan kaum nahdliyin masih terbuka untuk pengetahuan-pengetahuan baru.

Karena itu, ia melihat di kalangan pesantren komputer bisa cepat masuk, juga bahasa Inggris dan Arab bisa cepat beradaptasi. Dia berpendapat, justru akan lebih kokok jika masyarakat yang menjaga tradisi ini masuk ke dunia modern.

Di negara-negara yang maju yang bisa menjaga tradisinya seperti Jepang, Cina, India, cepat maju. Maka India dalam nuklir salah satu pelopornya.

Baca Juga  Pakar: Supaya Tidak Jadi Prasangka Liar, Mahfud Harus Jelaskan Ucapannya untuk Siapa

Kaum intelektual banyak yang basisnya nahdliyin tapi tetap menjaga tradisinya. “Saya diajak oleh Gus Dur melihat islam yang “rahmatan lil alamin”. Misalnya Gus Dur memberi penjelasan, islam bisa hidup di mana pun tidak dalam keseragaman,” paparnya.

Di beberapa daerah beda-beda, islam di indonesia beda dengan islam di Arab Saudi, Irak atau Iran. Di Indonesia umat Islam tetap menjaga nilai-nilai lokal. Ini antara lain mazhab yang dipegang oleh NU.

“Mazhab nahdlatul ulama kira-kira seperti ini, orang indonesia yang beragama islam. Bukan orang islam yang bangsa Indonesia. Jika pemahaman soal ini meluas, Insya Allah tidak ada konflik-konflik keagamaan. Bagaimana mempertahankan perbedaan, perbedaan bukan untuk dibenturkan tapi untuk memperkaya khsanah,” ungkapnya.

Baca Juga: Abu Janda Minta Maaf, PP Pemuda Muhammadiyah Tetap Minta Proses Hukum Berjalan

Sumber: okezone.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan