Fakta-fakta Keterlibatan Anak di Aksi yang Disorot KPAI

Pengunjuk rasa berlarian ketika polisi menembakkan gas air mata saat demo menolak Undang-undang Cipta Kerja di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Kamis 8 Oktober 2020. Aksi yang dikuti ribuan orang dari berbagai elemen mahasiswa dan buruh tersebut berakhir ricuh dan mengakibatkan sejumlah fasilitas umum rusak. ( Foto: ANTARA /Zabur Karuru)

IDTODAY NEWS – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti pelibatan anak dalam aksi Aliansi Nasional Anti Komunis (ANAK) NKRI dan PA 212 di demo omnibus law UU Cipta Kerja di Patung Kuda, Jakarta Pusat, Selasa (13/10). KPAI merasa prihatin, lantaran anak-anak diikutsertakan dalam aksi tersebut.

Komisioner KPAI bahkan turun langsung ke lokasi aksi dan mewawancarai sejumlah anak di lokasi. Para anak rata-rata pelajar sekolah dasar (SD) hingga SMA itu bahkan tidak mengerti apa yang didemo.

“Dalam aksi penolakan UU Cipta Kerja siang tadi di Jakarta, saya melakukan pengawasan pelibatan anak dalam aksi ini. Banyak anak yang dilibatkan,” ujar Komisioner KPAI Jasra Putra dalam keterangannya kepada detikcom, Selasa (13/10/2020).

Jasra menyayangkan anak-anak itu harus berhadapan dengan aparat kepolisian. Ia pun merasa tegang ketika melihat anak-anak melawan polisi tanpa rasa takut.

“Cukup tegang pemandangan anak anak yang terus didesak mundur, dengan terus mereka melempari pasukan Kepolisian,” katanya.

Untuk diketahui, aksi demo di Jakarta yang terjadi pada Kamis (8/10) dan Selasa (13/10) diikuti oleh ribuan remaja yang datang dari segala penjuru.

Jasra menduga ada sekitar seribuan anak yang dilibatkan di aksi ini. Bahkan ada bayi juga.

“Perkiraan saya hampir ribuan anak ada di lokasi. Mulai dari bayi sampai remaja,” katanya.

Berikut fakta-fakta keterlibatan anak dalam aksi unjuk rasa: (lihat di halaman berikutnya)

Ragam Alasan Ikut Demo

Baca Juga  Gerindra Luruskan Pernyataan Prabowo 123 Mahasiswa Disebut Positif Covid-19 Usai Demo UU Cipta Kerja

Jasra mewawancarai sejumlah anak di lokasi. Dari wawancaranya itu, diperoleh keterangan bahwa sebagian anak-anak ikut aksi karena khawatir akan kontrak kerja para orang tuanya sebagai dampak omnibus law UU Cipta Kerja.

“Dalam temuan diskusi dengan anak, mereka ikut ini karena kekhawatiran mereka atas informasi tentang orang tua mereka terancam kehilangan kontrak pekerjaan dan jaminan sebagai karyawan kontrak. Akibatnya orang tua dikhawatirkan ke depan tidak punya pendapatan seperti dulu,” jelas Jasra.

Di sisi lain, sejumlah anak lainnya mengaku ikut ke lokasi aksi untuk mengusir kebosanan. Mereka mengaku hanya ikut-ikutan saja.

“Mereka juga menyampaikan kebosanan dan kondisi rumah melawan pandemi ini. Sehingga menurut mereka ini ‘rekreasi’ selain untuk bersama sama ikut aksi,” imbuhnya.

Diberi Uang Jajan

KPAI juga menemukan adanya pengakomodasian anak-anak yang dilibatkan dalam aksi. Beberapa anak mengaku diberi sejumlah uang untuk ikut aksi.

“Saya juga menemukan anak anak dibagikan uang Rp 5.000. Kata mereka dapat untuk beli es ada abang yang ngasih tadi. Kemudian mereka pergi dari saya. Mereka usia kelas 1 atau 2 SD,” sambung Jasra.

Kondisinya lebih mengkhawatirkan, mana kala Jasra Putra menemukan ada anak-anak remaja yang merokok, meski ada sebagian yang ikut melaksanakan salat.

“Situasinya bermacam-macam, ada yang merokok berkumpul duduk di taman depan taman jelang gerbang Monas-Patung Kuda, bersama teman-temannnya dan sebagian sekarang sedang salat ashar berjamaah berkelompok. Dengan di pandu mobil komando yang berada di patung kuda,” imbuhnya.

Terancam SKCK Di-Blacklist

Sebanyak 140 pelajar dan pengangguran yang hendak ikut demo UU Cipta Kerja di Jakarta diamankan polisi di Kota Tangerang. Para pelajar yang terbukti hendak ikut demo anarkistis bakal di-blacklist dalam pengurusan surat keterangan catatan kepolisian (SKCK).

“Kalau terbukti yang bersangkutan melakukan tindakan anarkistis dalam demo, baru kita beri sanksi pidana sampai blacklist dalam mengurus SKCK,” kata Wakapolres Metro Tangerang Kota AKBP Yudhistira dihubungi wartawan, Selasa (13/10/2020).

Selain itu, Yudhistira meminta kerja sama para orang tua dan guru di sekolah. Dia berharap keluarga dan sekolah mampu melakukan pengawasan ketat kepada para anak dan peserta didiknya agar tidak terhasut ajakan untuk pergi demo ke Jakarta.

“Kita mengimbau kepada guru dan orang tua untuk memantau dan tidak mengizinkan anaknya untuk ikut aksi ke Jakarta hanya karena ajakan dan iming-iming yang nggak jelas,” tutur Yudhistira.

Datang dari Luar DKI

Untuk diketahui, pelibatan anak-anak di aksi bukan cuma terjadi Selasa (13/10) saja. Pada aksi sebelumnya, Kamis (8/10), ratusan anak juga ditangkap polisi karena hendak merusuh.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan, anak-anak itu berasal dari luar DKI Jakarta yang sengaja ingin membuat kerusuhan.

Aksi demonstrasi menolak omnibus law UU Cipta Kerja berujung ricuh. Polisi memastikan para pendemo yang menimbulkan kericuhan bukan dari kelompok buruh maupun mahasiswa.

Baca Juga  Heboh Kabar Ustadz Abdul Somad Diperiksa Polisi, Ini Faktanya

“Iya, semua, di Monas, turun dari kereta api (di Stasiun) Gambir, datang dari Jakarta Timur pakai truk dari daerah Karawang. Jadi mereka ini memang mau bikin rusuh di Jakarta mereka-mereka semua ini. Ini namanya kelompok-kelompok anarko,” ungkap Yusri, Kamis (8/10).

“Tetapi disampaikan bahwa kita secara humanis, persuasif, kita kasih dia masker, kita layani mereka pada saat kita minta keterangan. Asalnya dari beberapa kota-kota, seperti Bogor, Karawang, Jakarta sendiri, Banten,” imbuhnya.

Bawa Obat Penenang

Puluhan pelajar hendak ikut demo menolak omnibus law UU Cipta Kerja di Jakarta diamankan polisi di Bekasi. Total ada 49 yang digiring ke Polres Metro Bekasi.

“Ada 49 pelajar yang kita amankan saat ini dan kita data,” kata Wakapolres Metro Bekasi Kota AKBP Alfian Nurrizal saat dihubungi wartawan, Selasa (13/10/2020).

Para pelajar tersebut diamankan di dua titik, yaitu Bekasi Utara dan Jalan Medan Satria. Menurut Alfian, pihaknya tidak menemukan adanya senjata tajam yang dibawa para pelajar tersebut.

Namun, Alfian menambahkan, pihaknya menemukan obat penenang saat menggeledah barang bawaan para pelajar.

“Tidak ada yang bawa sajam (senjata tajam) atau yang berbahaya. Namun ada yang menggunakan obat sejenis penenang,” jelas Alfian.

Polisi belum merinci berapa pelajar yang menggunakan obat penenang tersebut. Alfian mengatakan masih akan mendalami temuan tersebut.

Ssumber: detik.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan