Kasus COVID Kian Mendekati Angka yang Dikhawatirkan Luhut

Luhut Binsar Pandjaitan. (Foto: Edi Wahyono)

IDTODAY NEWS – Tambahan kasus harian Corona di Indonesia makin ngeri. Data terbaru kasus COVID-19 di RI kian mendekati angka yang dikhawatirkan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan.

Berdasarkan data BNPB, Kamis (16/7/2021), tambahan kasus COVID kemarin sudah di atas 50 ribuan. Angka pastinya mendekati 60 ribu yakni 56.757.

Dengan tambahan 50 ribuan kasus itu, total kasus konfirmasi Corona sejak Maret 2020 ada 2.726.803 orang. Sementara itu kasus sembuhnya bertambah 19.049. Sehingga pasien yang sudah sembuh sejak tahun lalu ada 2.176.412.

Kemudian angka kematian kemarin hampir menyentuh seribu. Ada 982 orang meninggal akibat Corona pada Kamis kemarin. Total kasus meninggal menjadi 70.192.

Tambahan kasus 56.757 ini makin mengkhawatirkan. Terlebih Luhut sudah berulangkali menyampaikan harapannya jangan sampai kasus tambahan harian Corona menyentuh angka 60 ribu. Dan, data kemarin sudah mendekati angka yang dikhawatirkan Luhut itu.

Luhut sempat menyebut angka 40 ribu, 50 ribu, 60 ribu, dan 70 ribu kasus sebagai batasan terburuk pandemi COVID-19 di Indonesia. Tidak jelas betul, mana yang menjadi batasan mutlak, apakah 40 ribu atau 70 ribu. Yang jelas, angka-angka itu semakin dekat dari kenyataan yang kini bergerak.

Baca Juga  Rakyat Lagi Susah, Tapi Pemerintah Tak Taat Protokol Resesi

“Tapi kalau kasus ini lebih nanti daripada 40 ribu, 50 ribu, kita tentu akan membuat skenario siapa yang akan kita nanti minta tolong dan sudah mulai kita kerucut itu semua. Oksigen sampai hari ini kami hitung sudah dibuat skenario oleh tim itu bisa sampai 5.000, mungkin malah paling jelek kita sudah bikin sampai 60-70 ribu kasus per hari. Tapi kita tidak berharap itu terjadi karena teman-teman polisi, TNI, saya kira sudah melakukan penyekatan yang cukup baik,” ujar Luhut.

Luhut menyebut pemerintah telah melakukan penanganan COVID secara komprehensif. Metodologi monitoring PPKM darurat juga sudah dilakukan demi melihat efektivitasnya.

“Kita juga sudah menyiapkan metodologi monitoring PPKM darurat melalui indeks mobilitas dan cahaya malam. Kita engage Facebook Mobility dan Google Traffic dan cahaya malam dengan NASA,” ujar Luhut.

Jalankan Skenario Terburuk

Luhut mengatakan Indonesia sudah menjalankan skenario terburuk menghadapi pandemi. Berbagai upaya dilakukan agar angka harian Corona tidak menyentuh 100 ribu kasus.

“Ya kita berharap jangan lebih dari 60 ribu karena itu nanti mesti ada perkiraan lain lagi,” ujar Luhut, Kamis (15/7/2021).

Baca Juga  Jurus Jokowi Lawan Covid-19, SBY: Jangan Tunggu Dewa Penolong

Luhut menyebut Indonesia telah mengamankan stok vaksin sebesar 480,7 juta dosis. Pada Juli ini vaksinasi ditargetkan mencapai rata-rata 1 juta per hari.

Penambahan kapasitas tempat tidur rumah sakit juga sudah disiapkan, termasuk pembukaan rumah sakit lapangan atau darurat untuk perawatan isolasi dan intensif.

Adapun tempat diklat dan wisma yang dimiliki kementerian atau lembaga juga akan dimanfaatkan untuk tempat isolasi COVID-19. Rumah sakit dan fasilitas yang dimiliki TNI-Polri juga dimanfaatkan maksimal.

Tenaga kesehatan dan perawat juga ditambah. “Jadi jangan ada beranggapan bahwa kami tidak bergerak. Kami sangat bergerak,” kata Luhut.

“Kita tahu apa yang kita lakukan sekarang. Sangat tahu, Karena bukan Luhut Pandjaitan, tetapi semua yang kumpul di sini dengan segala macam keahlian mereka sudah memberikan pikiran yang terbaik untuk bangsa dan negara ini,” tegasnya.

Luhut mengatakan pemerintah sudah siap menghadapi manakala kasus harian mencapai 60 ribu kasus.

“Kalau kita bicara worst case scenario untuk 60 ribu atau lebih sedikit, kita masih sudah cukup oke. Ya kita tidak berharap, mungkin sampai ke 100 ribu tapi itu pun kami sudah rancang sekarang kalaupun sampai terjadi di sana,” ucapnya.

Hasil PPKM Darurat

Luhut menyebut PPKM darurat berdampak pada turunnya aktivitas warga di Yogyakarta dan Bali. Luhut menuturkan ada tiga indikator untuk mengukur kegiatan warga.

Pertama menggunakan Facebook mobility, Google traffic, dan intensitas cahaya di malam hari melalui NASA/NOAA. Dari tiga indikator itu ditemukan penurunan aktivitas warga.

“Ini Daerah Istimewa Yogyakarta dan ini saya pikir memberikan indikasi yang sangat baik yang tadinya di Yogyakarta itu banyak hitamnya sekarang mulai merah dan masuk di kuning itu yang kita mau. Begitu juga di Bali,” sambung dia.

Dilihat dari paparan grafik data yang disampaikan Luhut, tampak penurunan terjadi sejak 16 Juni hingga 14 Juli.

Luhut menyebutkan analisis yang dilakukan juga berdasarkan masukan dari para ahli. Langkah yang diambil pemerintah juga mendengarkan para ahli.

“Ini kami gunakan supaya kita bisa ngukur untuk menghadapi varian Delta ini, jadi nggak sekadar bikin salah, tidak. Karena semua lelah, semua kita lelah. Itu teman-teman prajurit yang di bawah itu lelah. Sudah 1,5 tahun kerja, jadi jangan kita tambahi lagi masalah,” ujar Luhut.

Sumber: detik.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan