Kategori
Dunia

Pengakuan Eks-Tahanan Uighur di Kamp Xinjiang: Dipaksa Makan Babi

IDTODAY NEWS – Muslim Uighur yang pernah ditahan di ‘kamp pendidikan ulang atau kamp konsentrasi’ di Provinsi Xinjiang, China, Sayragul Sautbay, menceritakan bagaimana dia dan minoritas Muslim lainnya dipaksa untuk memakan daging babi.

“Setiap Jumat kami dipaksa makan daging babi. Mereka sengaja memilih hari yang suci bagi umat Islam. Dan jika kamu menolaknya, maka kamu akan mendapatkan hukuman yang berat,” kata Sautbay, diberitakan Aljazeera, Jumat (4/12).

Sautbay sudah dua tahun lebih dibebaskan dari kamp pendidikan ulang, namun dia mengaku masih mengalami mimpi buruk dan kilas balik dari ‘kekerasan’ yang dialaminya selama di sana. Saat ini, dia tinggal di Swedia, menjadi seorang doktor medis dan pendidik. Baru-baru ini, ibu dua anak ini menerbitkan sebuah buku tentang pengalamannya selama di kamp konsentrasi. Dia juga menyampaikan penyaksiannya atas praktik pemukulan, dugaan pelecehan seksual, strerilisasi secara paksa, dan penghinaan lainnya yang dialami Uighur dan minoritas Muslim lainnya, termasuk pemaksaan mengonsumsi daging babi—sesuatu yang sangat dilarang dalam Islam.

Menurutnya, kebijakan itu dirancang untuk menimbulkan rasa malu dan bersalah pada diri seorang Muslim. Ketika memakan daging babi, dia mengatakan susah menjelaskannya dengan kata-kata karena dia sulit menerimanya dan merasa menjadi orang yang berbeda.

“Saya merasa seperti orang yang berbeda. Di sekitarku menjadi gelap. Sangat sulit menerimanya,” tegasnya.

Lebih dari itu, lanjut Sautbay, praktik membuat Muslim memakan daging babi juga terjadi di luar kamp konsentrasi. Disebutkan, siswa di satu sekolah di Altay—sebuah kota di utara Xinjiang- juga dipaksa untuk memakan daging babi. Ketika mereka menolak dan mendemo sekolah, maka pemerintah mengirimkan tentara ke sana.

Pemerintah Xinjiang juga memulai inisiatif yang disebut ‘makanan gratis’ untuk anak-anak Muslim di taman kanak-kanak. Sajian yang disajikan di inisitif itu adalah daging babi dan anak-anak Muslim tidak mengetahuinya. Kata Sautbay, China akan menggunakan taktik yang berbeda untuk memaksa Uighur dan populasi Muslim lainnya memakan babi.

Muslim Uighur Eks-tahanan kamp Xinjiang lainnya, Zumret Dawut, kurang lebih juga mengalami hal yang sama. Dia ‘dijemput’ pada Maret 2018 di Urumqi, kota kelahirannya. Dia mengaku mengalami penghinaan dan kekerasan ketika di sana, seperti ditampar wajahnya setelah dia membuat interogatornya tidak senang. Petugas menanyainya banyak hal, seperti hubungannya dengan Pakistan—tanah air suaminya, jumlah anak dan kegiatannya—apakah belajar Al-Qur’an atau tidak.

Menurutnya, dirinya berulang kali mendapatkan jatah makan daging babi. “Ketika kamu di kamp konsentrasi, kamu tidak memutuskan apakah makan atau tidak. Untuk bisa hidup, kami harus memakan daging yang disajikan kepada kami,” terang pebisnis Uighur yang kini tinggal di Amerika Serikat (AS) ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *