IDTODAY NEWS – PDIP disarankan agar melakukan pergantian ketua umum secepatnya. Jika tidak, partai tersebut bakal terancam perpecahan.
Demikian ulasan pakar politik dan hukum dari Universitas Nasional (Unas), Saiful Anam dilansir dari RMOL (jaringan PojokSatu.id), Kamis (16/9/2021).
Salah satu alasan Saiful Anwar adalah, saat ini Megawati Soekarnoputri sedang dalam keadaan sehat dan enerjik.
Selain itu, publik akan menilai bahwa Ketua Umum PDIP yang baru adalah kandidat yang memang sudah mendapat resru dari Megawati.
“Sehingga kader yang lain menjadi segan untuk tidak tunduk kepada ketum yang mendapatkan restu Megawati,” terangnya.
Namun jika hal itu ditunda, maka potensi adanya perebutan kekuasaan akan semakin besar terjadi.
Sebab, itu bisa menjadi sebuah bom waktu yang bisa meluluhlantakkan partai berlambang kepala banteng hitam mocong putih itu.
“Sehingga bukan tidak mungkin akan semakin terjadi perpecahan di internal parpol,” ulasnya.
Ia juga curiga, bakal ada pihak-pihak yang justru merasa diuntungkan karena Megawati belum menunjuk sang penerus.
Kelompok ini merasa bisa lebih leluasa menunggangi PDIP di kemudian hari.
“Kelompok ini memang berkeinginan untuk lebih mudah menakhodai PDIP setelah Megawati pergi,” pungkas Saiful.
Jokowi Sulit
Sementara, isu pergantian Ketua Umum PDIP ini diiringi dengan mencuatnya tiga nama yang digadang-gadang bakal menjadi pengganti Megawati Soekarnoputri.
Ketiganya yakni Puan Mahawani dan Prananda Prabowo yang merupakan trah Soekarno. Sedangkan satu nama lain adalah Joko Widodo.
Namun, Direktur Eksekutif Median Rico Marbun mengaku ragu Jokowi bakal ditunjuk menjadi Ketua Umum PDIP.
Selain itu, sampai saat ini ia menilai memang belum ada keinginan dari Jokowi menjadi orang nomor satu di partai yang membesarkan namanya itu.
Di sisi lain, darah dan trah Soekarno begitu kental di partai yang saat ini berkuasa itu.
“Belum ada immidiate interest bagi Jokowi untuk mengambil jabatan ketum dari tangan trah Soekarno,” katanya.
Atas dasar itu, ia meyakini PDIP bakal kembali dipimpin trah Soekarno.
“Entah itu Puan Maharani atau Prananda Prabowo,” ujarnya.
Sumber: pojoksatu.id