RI Resesi, Anak Buah Sri Mulyani: Kita Harus Lebih Realistis!

Gedung Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (Foto: TEMPO/Subekti)

IDTODAY NEWS – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati maupun jajaran di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2020 akan berada di teritori negatif. Itu berarti Indonesia akan masuk ke dalam jurang resesi.

Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo, menjelaskan pada kuartal III 2020, ekonomi Indonesia bisa tumbuh minus 2,9% sampai minus 1%. Kendati dengan angka tersebut berarti Indonesia jatuh ke jurang resesi, namun menurutnya capaian tersebut sudah melewati titik terendah di kuartal II yang minus 5,32%.

“Ya kalau kita lihat memang ada revisi yang membuat kita harus lebih realistis sekaligus waspada. Jadi lebih rendah dibanding yang diputuskan sebelumnya meskipun kita lihat ada perbaikan,” ujarnya saat berbincang dengan CNBC Indonesia, dikutip Minggu (27/9/20).

Dengan proyeksi tersebut, Yustinus menambahkan bahwa saat ini sudah mulai ada gejala untuk membangkitkan kembali perekonomian.

“Artinya kuartal II sudah merupakan titik terendah dan kita menuju pada rebound. Apakah ini akan cepat atau lambat sangat tergantung pada bagaimana kita menangani kesehatan dan bagaimana efektivitas belanja pemerintah,” katanya.

Dikatakan bahwa pemerintah benar-benar memperhatikan serapan belanja pemerintah. Kemenkeu mencatat, sejauh ini sudah terjadi pertumbuhan belanja pemerintah dari minus 6,9% di kuartal II-2020 menjadi positif 9,8%.

“Dan konsumsi rumah tangga yang merupakan porsi terbesar dari PDB kita itu tumbuh dari minus 5,6% menjadi minus 3%. Artinya bansos yang diberikan itu cukup efektif dalam rangka menjaga daya beli kelompok menengah bawah,” ujar Yustinus.

Baca Juga  Anak Buah Sri Mulyani Ogah Komentari Mahfud MD Soal Rp 300 T Transaksi Gelap

“Pemerintah ingin memastikan kecepatan belanja juga terus didorong. Sampai akhir Agustus sudah 56% realisasi belanja, bahkan transfer ke daerah itu sudah mencapai 73%,” lanjutnya.

Kendati begitu, Yustinus mengakui untuk kelompok menengah atas memang masih perlu perjuangan lebih besar lagi untuk merumuskan formulasi kebijakan. Ia berharap, stimulus untuk kelompok tersebut bisa mulai efektif di kuartal IV.

“Dengan beberapa skema baru stimulus diharapkan akan mendukung upaya pemulihan ini supaya lebih baik meskipun harus diakui kita pada situasi yang tidak mudah dan harus ekstra waspada,” tuturnya.

Ia menegaskan bahwa pemerintah amat menyadari situasinya tidak mudah, kondisinya juga berat. Ia juga berempati dengan apa yang dihadapi oleh pelaku usaha. Karenanya, Kemenkeu terus berupaya menumbuhkan semangat optimistis.

Baca Juga  Menkeu Sri Mulyani Ungkap Utang Luar Negeri yang Semakin Bombastis

“Bahwa ada kebijakan atau stimulus yang belum efektif atau belum tepat sasaran, memang harus diakui. Tapi kalau kita melihat belakangan ini kecepatan sudah relatif baik, ketepatan juga ada peningkatan. Dan kalau kita lihat sasaran untuk para pelaku UMKM memang sudah cukup bagus hampir 50% sudah terserap,” kata Yustinus.

“Untuk korporasi memang ini masih terus diupayakan. Jadi satgas terus menggodok usulan dari para pelaku usaha, kita terus berdiskusi juga dengan asosiasi usaha agar dapat menemukan formulasi stimulus yang lebih tepat dan efektif dalam rangka menjaga kesehatan warga masyarakat maupun pelaku usaha,” lanjutnya.

Sumber: cnbcindonesia.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan