IDTODAY NEWS – Peningkatan utang luar negeri pemerintah hingga akhir tahun diyakini masih akan menumpuk, yang akan digunakan untuk menutupi defisit APBN yang melebar. Total Utang Luar Negeri (ULN) per kuartal II 2020 cenderung meningkat menjadi 5,0%yoy bila dibandingkan dari kuartal I 2020 yang tercatat 0,6%yoy. Pertumbuhan ULN pemerintah dan swasta per kuartal II 2020 cenderung meningkat dibandingkan laju pertumbuhan ULN pada Kuartal I 2020.

Baca Juga  Utang Capai Rp 6.000 Triliun, Pemerintah Mau Berutang Rp 1.600 Triliun Lagi

Laju pertumbuhan ULN pemerintah meningkat menjadi 1,9%yoy dari kuartal sebelumnya -3,5%yoy. Sementara, laju pertumbuhan ULN swasta meningkat menjadi 8,2%yoy dari kuartal I 2020 yang tercatat 4,7%yoy.

“Peningkatan pertumbuhan ULN pemerintah didorong oleh penerbitan global bond pemerintah untuk menutupi defisit APBN,” kata Pengamat Ekonomi Josua Pardede di Jakarta, Jumat (14/8/2020).

Sementara itu dari sisi ULN swasta, laju pertumbuhan cenderung meningkat mengingat kebutuhan permodalan dari sektor usaha swasta. Namun jika dilihat detail berdasarkan kelompok peminjam, ULN perusahaan BUMN cenderung meningkat 16,2% ytd.

Baca Juga  Bersiap Hadapi Resesi, Rizal Ramli: Generasi Milenial Jangan Jorjoran Dan Gampang Ngutang

Berdasarkan tujuan penggunaan, peningkatan ULN swasta cenderung didorong oleh penambahan pada penggunaan investasi. Sementara berdasarkan sektornya, untuk ULN swasta yang mengalami peningkatan signifikan adalah sektor pertambangan dan juga kelistrikan, dengan masing-masing sektor bertumbuh sebanyak 25,11% dan 23,69%.

“Dengan adanya rencana pemerintah untuk menerbitkan setidaknya 1 lagi obligasi berdenominasi valas, diperkirakan hingga akhir tahun ULN Indonesia akan mengalami peningkatan,” ungkap dia.

Baca Juga  BUMN Rugi Triliunan di Tengah Pandemi: Angkasa Pura, Garuda, hingga Pertamina

Hal ini juga kemudian ditambah lagi apabila sektor perekonomian mulai bergerak di kuartal IV 2020. “DSR tier-1 pada 2Q20 terlihat mengalami peningkatan, dari sebelumnya 27,71 menjadi 29,50 seiring dengan peningkatan utang secara umum,” ungkap dia.

Peningkatan DSR ini dapat berarti bahwa meskipun transaksi berjalan mencatatkan defisit yang rendah pada kuartal I 2020, namun pertumbuhan utang yang tinggi menggerus dampak dari defisit transaksi berjalan.

Baca Juga  Rachland Nashidik: Buah Dari ‘Kerja, Kerja, Kerja’, Kini Utang Luar Negeri Jadi Salah Satu Yang Tertinggi

Sumber: sindonews.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan