IDTODAY NEWS – Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, menulis mengenai ‘Oposisi Sekongkol, Rakyat yang Tawuran’ di situs pribadinya. Partai Demokrat menilai Fahri rindu dengan pemerintah Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Kritik yang disampaikan Bang Fahri Hamzah menyiratkan kerinduan ketika kehidupan demokrasi kita terjaga dan berkualitas seperti pada Pemerintahan SBY. Pada masa itu 2004-2014, masyarakat politiknya sangat aktif dan dinamis, termasuk di DPR dalam menjalankan tugas-tugas kedewananannya,” kata Ketua Bappilu Partai Demokrat, Kamhar Lakumani, Jumat (3/9).

Baca Juga  Gerindra Bantah Isu Prabowo Bantu Habib-RS Pulang ke Indonesia

Kamhar mengatakan bahwa di era pemerintahan SBY ada partai koalisi pemerintah namun seperti oposisi. Menurutnya, hal itu diperlukan untuk menjaga demokrasi.

“Jangankan dari oposisi, dari partai koalisi pemerintah namun cita rasa oposisi seperti Bang Fahri Hamzah dkk juga banyak, dihargai dan eksistensinya terjaga. Itu diperlukan untuk menjaga sehatnya demokrasi. Begitulah Pak SBY sebagai demokrat sejati memandang dan menempatkan dinamika dalam koalisi pemerintah,” ujar Kamhar.

Kamhar menyebut di periode 2019-2024 oposisi pemerintah hanya dua partai politik.

Baca Juga  Demokrat Minta Jokowi Bubarkan BuzzeRp, Ferdinand: Bukan Makin Galak Tapi Makin Ngawur!

“Menjadi berbeda ceritanya dengan periode 2019-2024. Sejak awal oposisi telah ditinggal oleh Gerindra yang pindah haluan menjadi koalisi pemerintah dan hanya tersisa Partai Demokrat dan PKS. 5 kursi pimpinan DPR semuanya dari koalisi pemerintah,” ujar Kamhar.

Menurutnya, karena Fahri tidak menjadi anggota DPR jadi tidak bisa melihat bagaimana kekuatan dan suara oposisi dibungkam.

“Mungkin karena tak menjadi anggota DPR lagi, Bang Fahri tak menyaksikan lagi bagaimana kekuatan dan suara-suara opisisi dibungkam dan tak diberi ruang. Bung Irwan Fecho saat menggunakan haknya berbicara pada rapat paripurna DPR mic-nya dimatiin oleh Puan Maharani dan Aziz Syamsudin,” kata Kamhar.

Baca Juga  Lebih Murah, Biaya Turunkan Presiden di Tengah Jalan?

“Bagaimana Pak Sartono Hutomo dan Pak Benny K Harman ingin berbicara pada rapat paripurna tak diberi kesempatan dan mic-nya mati dan masih banyak lagi yang lainnya dari Fraksi Demokrat yang mendapatkan perlakuan serupa. Meski demikian, Fraksi Demokrat terus berikhtiar dengan segenap daya dan upaya menyuarakan suara rakyat,” imbuh Kamhar.

Sumber: jitunews.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan